Tajamnya perkataan yang kian terucap, tak bersahabatnya raut wajah yang kian terlihat, angkuhnya jiwa raga dalam bersikap. Mengingat Ramadhan yang kian mendekat hanya kata maaf yang dapat kuucap.
Waktu mengalir bagaikan air, Ramadhan yang suci segera hadir, ada luka yang pernah terukir, ada khilaf yang sempat tergulir... Sucikan hati mohon maaf lahir dan bathin.
Gerbang maaf telah terbuka, bulan penuh rahmat di depan mata. Kebersihan hati telah menjadi sarana, saling memaafkan atas segala dosa, agar puasa lebih bermakna.
Jika lisan ini tak sempat tuk berucap, tangan tak sempat tuk berjabat, maka hanya dengan pesan kilat aku dapat berharap. Mohon dibukakan pintu maaf atas segala salah dan khilaf. Marhaban ya Syahru Ramadhan...
Dan masih banyak lagi...
Apa maksud dari tulisan-tulisan diatas? Insya Allah akhi ukhti sekalian tahu, namun bagi yang belum tahu saya akan memberitahukannya. Tulisan diatas merupakan lima dari belasan pesan dalam bentuk SMS yang ada di inbox hand phone saya yang datang dari rekan kerabat saudara, yang maknanya mereka mengucapkan permohonan maaf lahir bathin dalam menyambut bulan nan suci Ramadhan. Meskipun tak secara langsung bertemu dengan saudara tsb, sekedar SMS pun kan terasa senang di hati ternyata diri ini tidak hidup sendiri. Walaupun dalam realitanya, kita hidup bertetangga bahkan dalam satu rumah, masih saja ada orang yang merasa hidupnya sendiri terkesan menyepi entah apa masalahnya hal itu bisa terjadi.
Ya begitulah... Ramadhan kali ini beda meskipun baru seminggu saya menjalaninya. Tarawih pertama dan sahur perdana dilakukan di lingkungan rumah, namun buka puasa perdana dilakukan di kantor tempat kerja saya. Di rumah atau di kantor sama aja sih, kita niatnya untuk ibadah, mendapat berkah, memohon ampunan, dan keselamatan di bulan suci Ramadhan ini. Sahur, alhamdulillah bisa dilakukan bersama 5 orang teman saya di mess, meskipun kenyataannya ada teman saya yang harus kerja malam. Jadi setelah dia sahur atau sholat subuh dia kembali ke tempat kerjanya. Meskipun kita makan nasi beserta lauknya di taruh di sebuah nampan dan dimakan bersama-sama, tetap kami syukuri agar syarat ibadah puasa kita diridhoi Allah SWT dan santap sahur kita mendapat keberkahan. Buka puasa, jika berada di rumah terkadang ada saja kegiatan ngabuburit, namun disini di ciputat ngabuburit tersebut saya habiskan di kantor sambil mengerjakan kewajiban saya. Setelah itu, tibalah waktu yang ditunggu setelah seharian berpuasa yaitu buka bersama.

Tilawah Al Qur’an dilantunkan sambil menunggu waktu maghrib di mushola kantor, walaupun hanya beberapa butir kurma terkadang seteguk air diminum untuk membatalkan puasa, pasti kuat kami melakukan sholat magrib. Setelah itu, barulah acara yang terkesan balas dendam namun sebenarnya tidak, kami makan dengan di awali appertizer lalu makan nasi beserta lauknya alangkah kenyangnya setelah itu. Canda gurau dihiasi bersama rekan-rekan karyawan yang lain sambil menikmati hidangan buka puasa. Sholat Isya dan tarawih yang biasa rutin dilakukan selama bulan Ramadhan, hanya saya yang merasa beda. Bagaimana tidak, teman satu mess saya melaksanakan sholat tarawih di mushola kantor. Namun, saya melaksanakan sholat tarawih tsb di sebuah masjid yang lumayan besar disekitar kantor.
Beberapa masalah sempat menghiasi diri ini dan diri yang lain, baik itu di kantor ataupun di mess. Namun, saya sadari kita hidup di dunia haruslah siap menghadapi masalah, jika tidak ingin menghadapi masalah jalan keluarnya ya jauhilah kehidupan atau tidak usah hidup. Sebagai contoh jika kita tidak mau mencium baunya selokan ya kita harus menjauhi selokan tsb. Apalagi di bulan suci ini, bulan pelatihan, bulan ujian, setiap masalah suatu saat pasti menghadang kita tapi tidak hanya di bulan suci melainkan dibulan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar