Jumat, 18 September 2009

Suatu Saat Suatu Waktu


Suatu saat kebahagiaan itu akan berubah menjadi kesedihan, suatu waktu kekayaan akan berubah menjadi kemiskinan. Kita takkan pernah tahu kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Andai saja manusia tahu dan mengerti sesungguhnya berapapun besarnya amalan baik pasti akan ada balasannya begitu pula amalan buruk dalam hal ini kejahatan yang diperbuat pasti pula akan ada balasan dan akibat. Suatu saat kebersamaan dalam persahabatan tak selamanya bisa bersama suatu waktu setiap sahabat itu pasti mereka punya jalan sendiri-sendiri.

Entah kenapa, entah berapa bulan diri ini sudah jarang membuka blog apalagi menulis artikel di blog. Suatu gambaran memang bahwa suatu saat kegiatan yang kita senangi suatu waktu pasti akan jarang kita lakukan bahkan kita tinggalkan. Hari demi hari, bulan demi bulan saya melewati dan menikmati sebuah pekerjaan baru namun pada dasarnya jika dibandingkan dengan tahun kemarin dari segi suasana terasa lebih nyaman dari segi orang-orangnya dan lingkungan namun dari segi waktu dan besar upah yang diberikan sangat gilaaaaaa. Sebuah pekerjaan baru dan tentunya perusahaan baru pasti akan menghadapi suasana baru dan setelah dinikmati ternyata jauh berbeda dibanding sebelumnya. Bukan berarti membicarakan kejelekan seseorang, tapi ya begitulah mencibir dan berkata akan ketidaksenangan terhadap seseorang mereka langsung to the point atau trkadang berani lewat belakang. Ada beberapa diantaranya yang sedari awal telah saya judge mereka sebagai orang yang temperamental, namun bagi saya tak pantas saya sebutkan.

Maka dari itu, suatu saat yang tadinya kita nikmati suatu waktu berubah menjadi ketidaknyamanan. Ada perasaan ingin keluar, namun apa daya nyari kerja itu susah namun apabila mendapat kerjaan baru pun kapan diri ini mempunyai bekal pengalaman yang cukup. Bayangkan saja dalam 2 tahun terakhir sudah 5 perusahaan saya pijak dalam arti sudah benar2 menjadi karyawan dari ke 5 perusahaan tersebut. Tapi nikmati dulu lah!!!

Disamping ketidaknyamanan akan orang-orangnya, sungguh jauh di luar dugaan. Sampai saat ini Islam sebagai agama yang saya anut menjadi minoritas di perusahaan, bukan dari segi nominal jumlah orangnya ya memang begitu lebih banyak non muslim dibanding yang muslim. Terkadang hati ini ingin berontak, soalnya ini menyangkut aqidah seseorang. Islam rahmatan lil ‘alamin, haruskah saya terkadang mendengarkan suara2 yang bikin pikiran panas bagaimana tidak lagu2 pujian agama mereka diputar di ruangan kerja. Bukan maksud hati tak suka ya tapi pikir aja dong, masak seorang muslim mendengarkan lagu yang ga puguh2 ga jelas2. Namun sampai saat ini saya berharap dan berdoa semoga sahabat saya yang non muslim ini mendapat hidayah, agar mereka tau bahwa Islam adalah sebenar2nya agama, agama yang diridhoi Allah. Karena pada hakikatnya Tuhan itu satu, tak beranak dan tak pula diperanak. Kitab Alqur’an adalah kitab yang pasti terjaga keasliannya hingga saat ini tidak seperti kitab lain kitab yang tiap saat berubah seakan menjadi kitab karangan manusia biasa. Bukan berarti saya menjelek-jelekkan suatu agama, tapi saya kecewa, sudah tahu saya muslim mengapa mereka ingin bahwa saya mendengarkan lagu agama mereka. Mendingan denger lagu nasyid apalagi murottal dapat pahala lagi.

Suatu saat suatu waktu, tak selamanya yang kita inginkan kita dapat tak selamanya kita mendapat lingkungan yang kita harapkan. Bukankah jika diambil hikmahnya itu merupakan sebuah ujian, seberapa jauh aqidah keislaman kita?

Kembali ke persoalan hidup, beberapa bulan terakhir ini kita disibukkan dengan pemilihan umum baik itu pemilihan legislatif dan presiden. Berapa banyak harta yang dikeluarkan agar keinginan para calon legislatif itu terpilih, dan berapa banyak dukungan agar calon presiden itu dipilih. Ketika pemilihan presiden tiba, ramai2 partai berbondong-bondong memberikan dukungan terhadap presiden yang dicalonkan. Yang tak lain dan tak bukan merupakan dukungan semata namun ada udang dibalik batu. Mereka mengincar kedudukan, jabatan, agar para kadernya direkrut menjadi menteri. Ya gitu deh! Saya sedang tidak membicarakan politik namun hanya menyampaikan opini sebagai rakyat dari bangsa yang katanya menjunjung tinggi budaya ketimuran dan sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.

Bulan ramadhan bulan puasa di tahun ini di tahun 2009 akan segera berakhir dan berakhir, entah sudah maksimalkah kita memanfaatkannya? Memanfaatkan dengan meraih pahala yang sebanyak-banyaknya dan meraih ampunan akan dosa2 yang kita perbuat yakni dengan cara beribadah, beramal sholeh dan beramal baik, sholatnya, tilawah Qur’annya, tarawihnya, bersedekahnya dan lain-lain. Namun bagi saya, sadar akan belum maksimalnya ibadah yang saya perbuat tapi dari segi kewajiban saya senantiasa mau tak mau suka tidak suka harus dilakukan.

Suatu saat suatu waktu, Islam yang senantiasa ramai dibicarakan dan dipelajari orang2 suatu akan terasa asing begitu yang saya rasakan. Ramadhan ini, ketika hari kerja tiba kurang bisa saya rasakan, ketika diri ini berpuasa tidak makan tidak minum tapi dari segi lingkungan sekitar, banyak yang makan dan banyak yang minum. Tapi apa boleh buat Lakum dinukum waliyadiin, untukmu agamamu untukku agamaku, karena iman tak dapat diwarisi tak bisa dijual beli begitu kata Raihan. Selama dia tak usil dan tak mengganggu akan kewajiban puasa yang saya lakukan. Namun Allah maha adil, suasana kerja kurang begitu terasa akan tetapi suasana lingkungan saya tinggal dalam hal ini kosan, warga sekitar yang notabenenya mayoritas muslim amatlah ceria, bahagia, sibuk dalam menyambut bulan Ramadhan nan mulia ini. Hari-harinya warga sekitar kosan saya tinggal diisi dengan ibadah2 Ramadhan, pagi siang malam apalagi kosan saya itu dekat masjid banyak para jamaah yang melakukan ibadah di masjid dekat kosan diri ini. Ketika Maghrib akan tiba dalam arti waktu berbuka tiba, para pengurus masjid sibuk menyiapkan tajil makanan buat buka puasa walau hanya kolak, lontong, dan makan ringan lain dengan ikhlas melayani memberikan makanan buka puasa tersebut kepada para hamba Allah yang sedang menjalankan ibadah puasa di waktu maghrib tiba. Ketika Isya tiba, kegiatan tarawih yang diselingi dengan ceramah agama sungguh saya baru merasakannya karena di masjid dekat tempat saya tinggal yaitu di kampung halaman jarang dilakukan. Dan seterusnya dan seterusnya.

Suatu saat ibukota yang tiap hari ramai dengan rutinitasnya dengan para pendatangnya suatu waktu akan lengang dan sepi oleh rutinitas dan para pendatang tersebut. Tak lain dan tak bukan ketika menjelang idul fitri dan Hari Raya Idul Fitri, banyak yang melakukan rutinitas mudik. Tak terkecuali saya, walaupun hanya dari Jakarta ke Bogor tapi anggap saja mudik toh judulnya juga pulang kampung. Tinggal di jakarta yang memang kota lalu kembali lagi ke kampung di kabupaten Bogor, tetap aja pulang kampung namun pada dasarnya kampung saya itu kota sih!!!

Puasa, puasa sebulan penuh puasa… puasa, puasa Ramadhan bulan mulia… puasa, puasa sebetulnya menyehatkan... puasa, puasa wajib bagi yang beriman... namun akan tetapi dia pergi seiring dengan perputaran waktu dan diganti dengan bulan Syawal bulan kemenangan umat Islam bulan hari raya pada tanggal 1 syawal. Semoga tahun depan saya, kami kita dpertemukan lagi dengan bulan mulia ini. Tahun ini dengan meninggalkan seberkas cerita, tawa, bahagia namun seberkas sedih yang tak layak diceritakan dan dibicarakan. Bahagia akan dibanding tahun kemarin dari segi ekonomi sungguh jauh sekali, bayangkan saja THR yang saya terima di tahun ini di perusahaan yang baru ini nominal yang jauh sekali hampir 50 kali lebih tepatnya 48 kali lipat besarnya jumlah uangnya dibanding tahun kemarin dibanding di perusahaan lama yang katanya perusahaan ekspedisi besar namun untuk mensejahterakan karyawannya kurang besar bahkan tidak besar. Nominal 48 kali lipat klo nominal uang memang tak begitu besar tapi lumayan dan tapi pula harus alhamdulillah dengan nominal uang segitu saya bisa memberi dan berbagi pada orang2 dekat dan saya cintai yaitu keluarga dan saudara agar bisa dan merasakan hari raya Idul Fitri.

Tak lupa di akhir artikel ini, saya mengucapkan beribu-ribu kata maaf jika selama ini pembicaraan saya, opini dan statement ada yang menyinggung di hati orang yang membaca artikel ini. Minal aidin wal fa idzin, mohon maaf lahir dan bathin.... Taqabballahuminna wa minkum siya mana wasiya makum, taqabbal ya kariim. Selamat hari raya Idul Fitri 1430 H. Dan tak lupa saya meminta doa agar saya diberi keistiqomahan akan akidah dan agama yang saya anut ditengah lingkungan yang tadi saya sebutkan. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi diri ini, apakah harus hijrah ke tempat lain ataukah LANJUTKAN!!! Jangan kalah oleh nafsu, istiqomahlah selama iman kita tidak goncang..

Sabtu, 23 Mei 2009

Sebuah Keputusan


Terkadang dalam hidup tak selamanya kita bisa mengikuti alur kehidupan, terkadang pula kita tak bisa memenuhi apa yang harus dilakukan untuk mengikuti alur kehidupan itu sendiri. Ya beginilah dan begitulah, entah kenapa ide untuk menuangkan pikiran dalam sebuah artikel tak ada gairah dan tak berkembang dalam benak pikiran. Terakhir saya menulis artikel pada blog saya ini ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan di sudut ibukota atau mungkin di perbatasan ibukota bersama teman-teman saya ketika kuliah. Dengan perasaan kecewa dan keinginan penuh agar bisa terlepas dari rutinitas di sebuah perusahaan tersebut, mencoba berusaha dan tak lupa berdoa agar bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain. Koran, internet, kerabat, saudara, bahkan rekan saya berusaha mencari secuil informasi apakah ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan background edukasi dan skill pada diri ini. Interview dan psikotes, tatkala ada panggilan tersebut saya datang memenuhinya sampai harus membolos atau izin tidak bekerja.

Bulan Februari pun bertemu, perasaan senang dan sedih entah apa seharusnya yang ada dalam benak saya mendapatkan pekerjaan baru. Senang karena bisa terlepas dari rutinitas di kantor lama yang selama ini kian membuat diri terasa jenuh dan lelah karena jam kerja yang gila tak mengenal waktu, sedih harus meninggalkan rekan-rekan kerja dan sahabat-sahabat terbaik di perusahaan tsb. Sebuah keputusan yang terkadang hati dan pikiran ini penuh dengan kontroversi. Kontroversi ketika harus memulai hidup baru dan mencari kamar kosan sendiri, makan siang sendiri, dan memulai untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja, suasana kerja, dan terutama deskripsi pekerjaan itu sendiri memang kalau dipikir-pikir mendingan kerja di perusahaan sebelumnya tak perlu mencari kosan, makan siang sudah ada, deskripsi pekerjaan sudah dimengerti, lingkungan kerja sudah bisa dicermati, namun itulah sebuah keputusan. Terkadang sebuah keputusan yang terasa pahit, bisa dirasakan manis ke depannya jika kita memang termasuk orang yang optimis.

Hari demi hari, minggu demi minggu bahkan sudah memasuki hitungan bulan saya menjalani pekerjaan baru ini, sebuah pekerjaan yang dimana memang bagi orang awam seperti saya amatlah sulit. Sulit dimengerti, dimana perusahaan ini bergerak di bidang supplier valve, pipe & fitting dan dimana pula saya tak tahu sama sekali mengenai barang-barang apalagi spek2 produk yang dijual oleh perusahaan ini. Ya beginilah tugas Sales Support, seseorang yang dimana ditugaskan untuk membantu sang Sales dalam menjual barang. Menelpon perusahaan2, dan mengirimkan surat perkenalan ke perusahaan2 agar perusahaan yang saya tempati dikenal dan membuat surat penawaran berupa produk dan harganya agar ada perusahaan mau membeli produk perusahaan saya ini.

Memasuki bulan ketiga, entah kenapa hati dan pikiran merasa jenuh. Jenuh dengan rutinitas kantor, jenuh dengan proyek-proyek yang sedang saya urusi, ketika harus merangkap posisi ganda sebagai coordinator project pula, menanyakan harga suatu produk kepada principle di luar negeri dan tak lupa memfollow upnya, jenuh dengan lingkungan dan suasana kerja mulai terasa tak nyaman, yang kadang dalam diri ini sering beradu argument dengan rekan yang lain. Perasaan capek pun menyelimuti diri, ketika sebuah keputusan diambil tidak ngekos lagi agar bisa menghemat pengeluaran dana dengan menumpang dirumah kakak yang notabenenya walaupun kantor dan rumah kakak sama2 berada di ibukota tapi amatlah jauh dan lama perjalanannya.

Busway yang katanya solusi transportasi warga ibukota yang nyaman, aman dan cepat bagi saya yang tiap hari merasakannya hal itu bulk sheet belaka. Nyaman memang kalau penumpang lagi sepi dan bisa duduk tertidur dibawah hembusan ac, namun hal itu amatlah langka mendapatkannya jika terjadi di jam-jam sibuk terutama pada jam berangkat kerja di pagi hari dan jam pulang kerja di sore hari. Antrian penumpang yang semakin menumpuk dan begitu padat di salah satu halte tempat transit terasa membuat tubuh dan pikiran ini semakin berontak, gerah dan panasnya begitu terasa, nunggu adalah hal yang biasa karena armada busway tersebut kadang tidak ada. Serius ga sih pemerintah mau menyediakan armada transportasi tersebut???

Kembali ke persoalan hidup ini, sebuah keputusan yang dirasa bagi seseorang amatlah cerah namun dimata orang lain amatlah suram. Contohnya jika terbersit dalam benak mengambil keputusan mundur dari pekerjaan ini dan mencari pekerjaan lain karena merasa mungkin di tempat lain perasaan dan pikiran akan lebih cerah. Akan tetapi, dimata orang lain amatlah disayangkan jika ternyata sebuah keputusan mundur yang diambil amatlah disayangkan karena mau jadi apa nanti usia masih muda kalah sebelum berperang, karena masih banyak yang harus diraih dan dipelajari, contohnya mempelajari suatu bidang pekerjaan. Agar di suatu saat kelak, ilmu bidang pekerjaan yang telah kita kuasai tersebut berguna bagi nusa dan bangsa. Hahaha lebay…