Sabtu, 13 Desember 2008

Ya Begitulah...


Entah mengapa dan kenapa akhir-akhir ini diri ini diliputi oleh rasa malas, malas dalam bekerja, belajar mencari ilmu, memotivasi diri dan malas bikin artikel. Buktinya semenjak lebaran idul fitri saya belum pernah posting artikel di blog lagi. Sebenarnya inspirasi untuk dijadikan artikel tuh banyak, namun rasa malas untuk mengembangkannya agar menjadi artikel dan cerita yg menarik selalu hinggap pada diri ini. Entah datangnya darimana rasa malas itu muncul kalau bukan dari diri sendiri. Rasa malas dalam bekerja, yang membuat suasana kerja yg tak semangat sehingga seringkali raja jenuh itu muncul. Rasa malas belajar mencari ilmu seperti membaca buku dan mengkaji dan mengaji ilmu2 agama, serta rasa malas memotivasi diri dengan jarang membaca buku2motivasi yang notabene it's my hobby. Ya begitulah, jikalau seandainya ada sesuatu hal yang belum dilakukan dan belum tercapai hati ini selalu menggebu-gebu. Hati yang merasa harus mencari tempat yang lebih baik dalam bekerja dan hati yang merasa ingin mencari sebuah arti dunia kerja sesungguhnya yang layak dan wajar.

Setengah tahun sudah saya menjalani kehidupan di dunia kerja yang membuat diri ini mendapatkan banyak ilmu, manfaat, serta pengetahuan. Namun setengah tahun sudah saya mengetahui dan mengamati dengan seksama ada suatu hal yang tak wajar dan tak layak di dunia kerja saya mencari nafkah dan menjemput rejeki sehingga membuat diri-diri yang ada di dunia kerja kejenuhan selalu hinggap. Jam kerja yang gila yang tak mengenal waktu tanpa adanya aturan batas jam kerja yang jelas membuat saya dan yang lainnya geram dan berontak. Dengan memakai aturan kerja seberesnya setelah itu boleh pulang, yang mau tak mau di luar jam kerja pun harus dilakukan dan diselesaikan tanpa adanya kompensasi dalam hal ini uang tambahan/uang lembur. Sungguh diri ini dan diri yang lainnya membuat sesak. Gaji pokok yang sangat jauh dari kelayakan yang tak layak disebut gaji melainkan upah, karena memakai sistem uang harian lumayan lah, 25rb. Bukan saya benci pada perusahaan ini, namun sungguh kecewa akan sistem yang diterapkannya. Bagaimana tidak, sempat terbersit dari mayoritas karyawan ini bahwa perusahaan ini tidak menghargai dan tidak memenuhi hak-hak karyawannya.

Walaupun demikian, saya masih beruntung masuk jam 8 pagi pulang sebelum dan setelah maghrib bisa dikatakan pulang cepat karena karyawan yang lainnya bisa mencapai jam 10-11 malam tanpa adanya kompensasi uang lembur. Namun ada yang lebih parah dari itu, temanku masuk jam 1/2 6 atau jam 6 pagi pulang bisa mencapai jam 10 malam. Ngapain aja tuh? Ya kerja lah... Yang sangat miris tuh adalah karyawan yang bekerja di malam hari, namun masuk kerja jam 5 sore pulang ya sampai kerjanya beres sampai 6 atau 7 pagi. Separuh dari kehidupan dalam hari-harinya dihabiskan dan dipakai untuk kerja.

Ya begitulah, kita hidup dan tinggal di negara yang katanya negara hukum, yang dalam aturan ketenagakerjaan pun pasti ada hukumnya bagaimana perusahaan dalam hal ini pengusaha atau pemilik perusahaan memperlakukan karyawannya dengan layak dan baik. Maksud anda paham kan, maksud dari kalimat itu? ya ada kaitannya dan saya sedang menyindir hukum di negara kita dan manajemen perusahaan tempat saya bekerja. Apakah mereka tak buta dan tak tuli, hampir setiap hari perusahaan ini ada saja karyawan yang resign/mengundurkan diri. Ada yang tak betah karena jam kerja yang gila dan tak nyaman dan tak senang imbalan yang didapatkan dari kerjaan itu. Harusnya mereka (manajemen perusahaaan) berpikir mengapa hal itu terjadi?

Ya begitulah, mereka hanya berpikir gitu aja kok repot? kalau karyawan banyak yang mengundurkan diri ya cari dan rekrut karyawan lagi karena toh kenyataannya di indonesia lebih spesifik lagi masyarakat disekitar perusahaan itu juga banyak yang masih nganggur. Ngapain gaji gede2 karena bagi sebagian masyarakat upah seperti itu gaji gede. Bukan maksud hati menjelek-jelekkan salah satu pihak dan tidak mensyukuri, namun mau gimana again saya sudah lama ingin menulis dan membuat artikel ya wajar kan taufikdiary. Isinya diary2 saya.

Maksud dari bukannya tak mensyukuri? Jika ada yang lebih baik dari segi penghasilan dan kenyamanan kerja di tempat lain apa boleh buat saya keluar dan pindah ke perusahaan baru tersebut. Jika tidak, mau tidak mau yang tentunya hati ikhlas saya terima dan bekerja di tempat saya bekerja. dan berharap, semoga perusahaan ini nantinya menjadi lebih baik, baik dari segi kualitas, kuantitas, kinerja dan perlakuan bagi pekerjanya menjadi lebih baik. Amin

Apakah mungkin sahabat2ku yang seguru seilmu dari Bogor EduCARE setempat pekerjaan, satu persatu pergi dan berpisah dari tempat kerja yang selama ini suka dan duka kita rasakan bersama. Namun, demi kebaikan masing2 pihak persahabatan takkan pernah pudar walaupun kita berbeda-beda profesi dan kerja.

Sabtu, 27 September 2008

Mudik Ceritanya

Menangis, menjerit, bersedih, oh tidaaak. Begitulah perasaan yang menghiasi setiap muslim yang merasa beriman di dunia ini tatkala Ramadhan nan mulia nan berkah yang penuh ampunan akan meninggalkan kita dan tak terasa kita sudah berada dihari-hari terakhirnya. Menangis, menjerit, bersedih ketika diri ini dan diri Muslim lainnya berpikir akankah Ramadhan selanjutnya kita akan bertemu dengannya lagi, bisakah kita beribadah dengan sungguh-sungguh walaupun hari ini bukan Ramadhan? Hari-hari terakhir Ramadhan hari dimana kaum Muslim ramai berlomba-lomba mencari dan mengharap sebuah malam yang istimewa yang penuh kedamaian yaitu Lailatul Qadar. Namun, di satu sisi hari-hari terakhir Ramadhan, sebagian Muslim lainnya sedang sibuk2nya mencari, berkeliling ke setiap pasar, mall, swalayan dsb. untuk berbelanja membeli kebutuhan-kebutuhan pokok yang katanya untuk dipakai, dirasakan dan dinikmati ketika hari kemenangan tiba pada hari raya Idul Fitri.

H-7, H-6, H-5, H-4, H-3, H-2, H-1, H, H+1, H+2, H+3, H+4, H+5, H+6, H+7… istilah itu pula yang sering menghiasi telinga kita dan mata kita ketika Ramadhan akan berakhir dan telah berakhir di berita-berita baik cetak maupun elektronik. Namun apa maksudnya? deretan H yang tak pernah lepas jika lebaran akan tiba, dimana sebagian kaum Muslim Indonesia biasa melakukan rutinitasnya yaitu pulang kampung alias mudik. Sebuah rutinitas yang katanya hanya terjadi di negara kita saja, walaupun rutinitas tersebut ada di negara lain namun tak sebesar dan tak seramai di negara kita. Ya begitulah mudik, mudik yang dilakukan orang-orang yang mengadu nasib dan bekerja di kota sudah saatnya mereka kembali ke kampong halamannya walaupun hanya setahun sekali. Darat, laut, udara apapun bisa ditempuh agar orang-orang bisa melakukan mudik namun tergantung sikon keuangan dan ke moodan mereka.

Mudik ceritanya… ya begitulah saya menyebutnya ketika di rutinitas kerja saya resmi libur, saya mulai berbenah membawa perlengkapan-perlengkapan termasuk pakaian yang berada di mess untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Walaupun kata orang-orang jarak kampung saya dengan kota tempat saya bekerja terbilang dekat namun sudah berbeda propinsi, boleh dong saya katakan mudik.

Sabtu, 27 September 2008 hari itu merupakan hal perdana saya secara pribadi melakukan hal yang merupakan rutinitas tahunan masyarakat Indonesia. Saya dan para penghuni mess melakukan rutinitas itu, namun tidak tahu bagi teman saya apakah itu hal perdana bagi mereka. Hari itu mungkin hari terakhir kami sahur bareng di mess di bulan Ramadhan tahun ini yang sebentar lagi berakhir, hari dimana hari itu kami akan pulang ke rumah masing-masing. Rumah dimana keluarga masing-masing sedang menunggu dan menanti salah satu anggota keluarganya agar bisa berkumpul dan bersilaturahmi tatkala hari kemenangan tiba.

Mess tempat kami makan bersama tidur bersama dan mandi yang tak mungkin bersama, pada paginya kami bersihkan dari sampah dan debu. Mess, sebuah rumah kontrakan yang lumayan sederhana itu sengaja kami jadikan tempat untuk diabadikan dalam sebuah karya 2 dimensi (foto). Ya begitulah, anak-anak bogor sebutan bagi kami oleh karyawan-karyawan di perusahaan kami bekerja di PT. Wahana Prestasi Logistik yang sempat ada beberapa orang menyebut kami narsis karena dilihat dari sifat dan aktivitas kami. Termasuk saya, dimanapun jadi saya melakukan pemotretan sendirian di kantor atau di tempat lain walaupun hanya dengan telepon genggam saya dan setelah itu salah satu dari foto tersebut saya pasang pada Yahoo Messenger saya. Foto-foto di sebuah mess walaupun hanya menggunakan telepon genggam sudah cukup terbayarkan agar bisa diabadikan, ini loh tempat kami tinggal, ini loh kami.

Selesai berbenah dan berfoto ria, mess kami kunci. Tas yang berat yang berisikan pakaian-pakaian dan lain sebagainya kami bawa untuk dibawa pulang dan menemani perjalanan ke rumah masing-masing. Angkot dan bis yang melayani kami pulang, terminal yang bersedia menyediakan tempat untuk kami singgah setelah itu. Nampak kesibukan, keramaian kepadatan di salah satu terminal ibukota, terminal lebak bulus penuh dengan bis dan yang pasti penuh dengan orang-orang yang akan melakukan mudik. Semakin terasalah, aktivitas mudik ini. Dan sempat tersadar bahwa diri ini telah berada dan ikut serta di sebuah rutinitas tahunan yaitu mudik.

Indranya yang punya Gadog, Olihnya yang punya kampung dekeng, Mamunya yang punya Bojong, Junotnya yang punya Sukabumi, Tejonya yang punya Ciomas dan Ucupnya yang punya Panaragan yang makna sebenarnya nama-nama tempat itu bukan yang kami punya melainkan nama kampung kami masing-masing. Sengaja saya gunakan kalimat itu dari salah satu teman saya, yaitu Mamu yang sering berbicara seperti itu. Ya begitulah kami, yang masing-masing memiliki karakter yang sama dan yang sebenarnya karakter kami berbeda-beda. Karakter yang sama mungkin kami dapat dari tempat yang sama ketika kami menuntut ilmu di Bogor EduCARE dan karakter yang berbeda yang didapat sejak lahir. Mudik yang kali ini sempat saya merasa kecewa, dan mudik kali ini yang membuat saya bahagia bercampur dalam hati dan pikiran. Kecewa, ketika hati dan pikiran dibisiki oleh godaan Syaitan tatkala hasil materi yang didapat dari kerja kami terbilang kecil, namun bahagia ketika godaan Syaitan kami abaikan dan iman kami tetapkan besar kecilnya materi yang didapat harus kami syukuri.

Mudik ceritanya, ya begitulah ketika ada anggota keluarga saya berkata pada saya ketika sesampainya di rumah datang membawa tas yang padat berisi dan menjinjing bawaan lainnya. Sempat saya berpikir, akankah tahun berikutnya saya melakukan rutinitas tahunan ini, yaitu mudik? Wallahu’alam... dan yang pasti akankah Ramadhan berikutnya saya masih diberi kepercayaan untuk diberi usia setahun lagi agar bisa bertemu, merasakan, beribadah di bulan Ramadhan.

Minggu, 14 September 2008

Hari Ini Milik Anda


Jika anda berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda. Umur Anda, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.

Tulisan diatas merupakan penggalan kalimat sebuah buku yang miliki yaitu La Tahzan (jangan bersedih), sengaja saya gunakan kalimat sebagai pembuka artikel ini merupakan kalimat motivasi yang selalu ada dalam bayangan saya sekarang ini. Sampai-sampai sempat ada beberapa orang yang menegur saya ketika bekerja, kenapa status messages YM saya (Yahoo Messenger) kalimatnya itu terus dalam beberapa hari. Namun, sekarang hampir tiap hari status message YM saya ganti dengan kalimat-kalimat motivasi / mutiara yang diambil dari buku saya ini, La Tahzan. Hari ini milik anda, bukan berarti hari ini milik anda sepenuhnya dan yang lain tak boleh memiliki. Namun, dalam artian hari ini yang sedang anda dan lainnya rasakan, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya karena hari kemarin sudah bukan milik anda dan hari esok belum tentu milik anda.

Hari ini hari dimana saya merasa jenuh, sedih, senang, riang, gembira dsb. yang silih berganti kadang bercampur bersatu padu. Jenuh yang tak seharusnya dirasakan, sedih yang tak sepantasnya diungkapkan, senang, riang, gembira yang semestinya kita rasakan walaupun kejenuhan dan kesedihan sedang kita alami. Pernah terbersit dalam benak, untuk apa koleksi buku-buku psikologi, motivasi, novel, dan agama saya miliki namun toh setelah dibeli dan dimiliki buku-buku tersebut hanya sebuah koleksi semata. 5 buah buku sekaligus yang saya beli, belum satupun saya baca, satu buku sempat saya baca hanya beberapa lembar saja padahal sudah satu bulan lebih 5 buah buku itu berada di meja belajar saya. Kesibukankah atau malas yang membuat saya belum membaca. Apalah arti sebuah buku jika tidak dibaca, walaupun saya belum sempat saya baca, ternyata di rumah ada beberapa orang yang sudah membacanya terutama oleh ayah tercinta. Maka mulailah dari sekarang kita niatkan untuk membaca.

Hari ini hari dimana anda takkan pernah tahu sesuatu yang sedang saya rasakan jika saya tak memberitahukannya, suatu saat saya akan memberitahukannya. Hari ini hari dimana saya tak mungkin dan tak akan pernah tahu kapan ajal saya dan rekan-rekan semua dijemput oleh sang Pemilik dan Pencipta alam raya ini. Dosa-dosa kian menumpuk tak sebanding dengan langkah dan cara kita menebus dosa-dosa itu agar mohon diampunkan. Dosa-dosa yang terus terukir tak sepantasnyalah terukir jika iman dan islam masih tertancap di dalam hati dan diri. Ramadhan yang selalu dinanti dan dirindu oleh setiap individu Muslim di dunia karena didalamnya penuh dengan keberkahan-keberkahan, ampunan-ampunan, pahala-pahala dari Allah yang jika ladang amal yang memang ada di dunia ini kita tanam kita praktekkan hingga suatu saat kita bisa memetik hasil dari ladang amal, Insya Allah di dunia dan jika tidak di akhiratlah kita bisa memanennya dan mendapatkan apa yang telah kita perbuat dengan amal-amal itu.

Rutinitas yang terjadi hari ini, mau tidak mau harus kita lakukan suka ataupun tidak suka, Ikhlas haruslah! Percuma jika setiap hal yang kita lakukan tidak disertai dengan ikhlas akan membuat diri ini sia-sia. Setiap rutinitas pekerjaan di kantor dan aktivitas di lingkungan sekitar jalanilah sebagaimana air mengalir, ikutlah dalam alir dan alur kehidupan yang dirasa baik. Kejenuhan itu memang suatu saat terjadi di perusahaan tempat kita bekerja atau di lingkungan tempat kita tinggal. Namun, jika memang ada jalan keluar yang lebih baik carilah dan raihlah, bukan berarti kita lari dari masalah yang membuat diri kita jenuh. Uang sedekah dan zakat kita yang kita keluarkan hanya untuk dapat riya saja. Kekhusyu’an sholat kita, kefasihan tilawah Al Qur’an kita tak sefasih dan tak sekhusyuk di mata Allah jika masih menempel dalam diri dan hati bahwa hanya ingin dilihat dan didengar orang lain hingga seseorang yang melihat dan mendengarnya merasa terkagum-kagum. Blank, nihil semua itu tak berarti apa-apa. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Harta, waktu, tenaga, dan sebagainya yang kita keluarkan dan korbankan yang katanya untuk mengharap ridho Allah semuanya sirna hanya akan menjadi tumpukan amal-amal yang kosong.

Maka mulailah dari hari ini kita berbuat kebajikan dan kebaikan, amal-amal sholeh yang kita perbuat haruslah disertai dengan ikhlas. Karena, hari ini milik anda, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya jangan tunggu hari esok yang belum tentu milik anda apalagi hari kemarin yang tak akan pernah mungkin kita rasakan dan dapati.

Minggu, 07 September 2008

Ramadhan Kali ini...

Malam berganti siang, jarum jam hanya sekali berdetak tiap detik tapi tak terasa bulan yang dinantikan orang-orang yang mencari ridhoNya akan datang, Marhaban ya Ramadhan. Mohon maaf lahir dan bathin.

Tajamnya perkataan yang kian terucap, tak bersahabatnya raut wajah yang kian terlihat, angkuhnya jiwa raga dalam bersikap. Mengingat Ramadhan yang kian mendekat hanya kata maaf yang dapat kuucap.

Waktu mengalir bagaikan air, Ramadhan yang suci segera hadir, ada luka yang pernah terukir, ada khilaf yang sempat tergulir... Sucikan hati mohon maaf lahir dan bathin.

Gerbang maaf telah terbuka, bulan penuh rahmat di depan mata. Kebersihan hati telah menjadi sarana, saling memaafkan atas segala dosa, agar puasa lebih bermakna.

Jika lisan ini tak sempat tuk berucap, tangan tak sempat tuk berjabat, maka hanya dengan pesan kilat aku dapat berharap. Mohon dibukakan pintu maaf atas segala salah dan khilaf. Marhaban ya Syahru Ramadhan...

Dan masih banyak lagi...

Apa maksud dari tulisan-tulisan diatas? Insya Allah akhi ukhti sekalian tahu, namun bagi yang belum tahu saya akan memberitahukannya. Tulisan diatas merupakan lima dari belasan pesan dalam bentuk SMS yang ada di inbox hand phone saya yang datang dari rekan kerabat saudara, yang maknanya mereka mengucapkan permohonan maaf lahir bathin dalam menyambut bulan nan suci Ramadhan. Meskipun tak secara langsung bertemu dengan saudara tsb, sekedar SMS pun kan terasa senang di hati ternyata diri ini tidak hidup sendiri. Walaupun dalam realitanya, kita hidup bertetangga bahkan dalam satu rumah, masih saja ada orang yang merasa hidupnya sendiri terkesan menyepi entah apa masalahnya hal itu bisa terjadi.

Ramadhan kali ini... terus terang saja terasa beda, dalam arti beda tak biasanya saya menunaikan ibadah shaum (puasa) bersama dengan orang-orang yang paling saya cintai orang tua, adik, keluarga dan rekan, kerabat, saudara di lingkungan rumah di kota halaman kampung Gadog. Santap sahur Buka puasa bersama orang dicinta yang biasanya ditemani oleh acara hiburan televisi sekarang tak dirasakan, makan yang biasanya telah disediakan oleh ibu tercinta kini tidak lagi, akan tetapi bisa sih hal itu terasa walaupun hanya seminggu sekali atau dua kali. Tarawih dan Sholat wajib berjamaah di masjid sekitar rumah pun hanya bisa dilakukan ketika saya berada di rumah. Mengapa? Karena tuntutan karirlah yang menyebabkan saya tidak ada di rumah. Saya tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah ciputat bersama saudara-saudara satu kampus.

Ya begitulah... Ramadhan kali ini beda meskipun baru seminggu saya menjalaninya. Tarawih pertama dan sahur perdana dilakukan di lingkungan rumah, namun buka puasa perdana dilakukan di kantor tempat kerja saya. Di rumah atau di kantor sama aja sih, kita niatnya untuk ibadah, mendapat berkah, memohon ampunan, dan keselamatan di bulan suci Ramadhan ini. Sahur, alhamdulillah bisa dilakukan bersama 5 orang teman saya di mess, meskipun kenyataannya ada teman saya yang harus kerja malam. Jadi setelah dia sahur atau sholat subuh dia kembali ke tempat kerjanya. Meskipun kita makan nasi beserta lauknya di taruh di sebuah nampan dan dimakan bersama-sama, tetap kami syukuri agar syarat ibadah puasa kita diridhoi Allah SWT dan santap sahur kita mendapat keberkahan. Buka puasa, jika berada di rumah terkadang ada saja kegiatan ngabuburit, namun disini di ciputat ngabuburit tersebut saya habiskan di kantor sambil mengerjakan kewajiban saya. Setelah itu, tibalah waktu yang ditunggu setelah seharian berpuasa yaitu buka bersama.

Tilawah Al Qur’an dilantunkan sambil menunggu waktu maghrib di mushola kantor, walaupun hanya beberapa butir kurma terkadang seteguk air diminum untuk membatalkan puasa, pasti kuat kami melakukan sholat magrib. Setelah itu, barulah acara yang terkesan balas dendam namun sebenarnya tidak, kami makan dengan di awali appertizer lalu makan nasi beserta lauknya alangkah kenyangnya setelah itu. Canda gurau dihiasi bersama rekan-rekan karyawan yang lain sambil menikmati hidangan buka puasa. Sholat Isya dan tarawih yang biasa rutin dilakukan selama bulan Ramadhan, hanya saya yang merasa beda. Bagaimana tidak, teman satu mess saya melaksanakan sholat tarawih di mushola kantor. Namun, saya melaksanakan sholat tarawih tsb di sebuah masjid yang lumayan besar disekitar kantor.

Bukan maksud hal-hal furuiyah dipermasalahkan dan dibeda-bedakan, namun tiap-tiap muslim punyalah pemahaman tersendiri selama tidak melenceng apa yang sebenarnya diajarkan oleh Islam. Saya melaksanakan tarawih di masjid sedangkan teman yang lain melaksanakannya di mushola kantor, pastilah ada alasannya. Saya yang biasa tarawih 23 rakaat, pastilah ingin melaksanakan ibadah sesuai dengan pemahaman yang saya dapat dari guru ngaji. Sedangkan teman yang lain melaksanakan 11 rakaat. Terserah orang mau bicara apa, selama amal yang dilakukan muslim ada alasan dan gurunya tidak bertentangan dengan Islam, tidak apa-apa. Ya, selama ada tempat yaitu masjid jamaah yang melaksanakan sholat tarawih 23 rakaat ya saya ikuti. Disamping itu, saya merasa kalau sholat di masjid lebih terasa suasana malam Ramadhannya. Tua-muda, ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, para pemuda pemudi tunduk sujud melaksanakan ibadah memohon ridho Allah SWT di malam bulan ampunan dan keberkahan.

Beberapa masalah sempat menghiasi diri ini dan diri yang lain, baik itu di kantor ataupun di mess. Namun, saya sadari kita hidup di dunia haruslah siap menghadapi masalah, jika tidak ingin menghadapi masalah jalan keluarnya ya jauhilah kehidupan atau tidak usah hidup. Sebagai contoh jika kita tidak mau mencium baunya selokan ya kita harus menjauhi selokan tsb. Apalagi di bulan suci ini, bulan pelatihan, bulan ujian, setiap masalah suatu saat pasti menghadang kita tapi tidak hanya di bulan suci melainkan dibulan yang lain.

2 Bulan Lebih...

2 bulan lebih sudah diri ini tak berkarya tak berkreasi dan tak mencurahkan uraian kata-kata yang ada di dalam hati dan pikiran di dunia maya, dalam arti sudah lama tidak posting artikel pada blog kesayangan saya ini. Entah malaskah, tak ada waktukah, tak bergairah lagikah untuk membuat artikel yang sewaktu-waktu jika orang-orang mengunjungi blog ini menyempatkan waktu sejenak membaca artikel yang saya buat dan mencerna isi dari artikel saya ini. Memang dari ketiga alasan yang saya sebutkan di atas yaitu rasa malas, tak ada waktu, dan tak bergairah merupakan penyebab alasan saya tidak memposting artikel lagi.

Harus saya akui 2 bulan lebih sudah saya bekerja di sebuah perusahaan jasa pengiriman (ekspedisi) di salah satu sudut di Ibukota. 2 bulan lebih sudah pula saya merasakan dan menikmati kerja sebagai orang kantoran, kerja duduk di depan komputer yang notabene masyarakat memandang hal seperti itu amatlah menyenangkan dan nyaman karena tidak berlarut dalam kelelahan dan kecapaian, akan tetapi siapa bilang kerja seperti itu begitu menyita pikiran dan otak terutama kemampuan indra penglihatan saya. Mata saya dituntut untuk focus pada sebuah monitor yang membuat indra penglihatan saya ini jika terlalu lama memandangnya akan merasakan lelah, pedih, perih terutama kinerjanya akan berkurang. Karena terus terang saja, ketika saya masih menjadi status sebagai mahasiswa, saya pernah memeriksakah mata saya ini dan hasilnya mata saya sudah min 2. Sungguh hal yang tak diduga dan tak disangka mata saya sudah sepantasnyalah dibantu dengan alat yang bernama kacamata. Namun, saya masih enggan memakainya karena kalau boleh jujur saya belum siap… belum siap tampil beda. Hahay

Rutinitas yang mau tidak mau harus dijalani dan dilakukan. Kadang diri ini sempat merasakan kehidupan ini terasa monoton dan berontaklah diri ini, apalagi ditambah jika kita memandang tentang upah yang diberikan dan jam kerja yang gila sampai waktu yang semestinya dipergunakan untuk istirahat kita pun terpakai oleh kerjaan kita sungguh membuat hati ini sakit. Sakit karena kerjaan yang menumpuk, waktu pulang yang tak menentu merasa tak sebanding dengan materi yang diberikan oleh perusahaan tempat saya bekerja tapi apa mau dikata hanya orang tidak ikhlas yang merasakan demikian, karena rejeki seseorang dan semua orang datangnya dari Allah SWT bukan dari tempat kerja kita, tempat kerja kita atau perusahaan hanyalah perantara bagaimana Allah menurunkan rejeki pada makhlukNya. Ya begitulah hidup, hidup di dunia kerja, karakteristik tiap-tiap perusahaan dan manajemennya pastilah berbeda-beda, apalagi kita berada di negara yang katanya makmur. Entah benar atau tidak?

Suka duka telah dan kan saya rasakan lagi bersama saudara-saudara saya dari Bogor EduCare (Olih, Tejo, Ucup, Mamu dan Junot) di sebuah rumah berbentuk kontrakan yang kita menyebutnya mess. Dinner dan breakfast yang insya Allah selalu bersama, di sebuah nampan yang berisikan nasi yang kita masak dari magic com dan menu yang bervariasi dibeli dari warung makan dari hasil patungan, sungguh nikmat yang tiada tara karena kita makannya bersama. Walaupun terkadang ada orang yang menganggap hal tsb aneh dan macam-macam, tetap kami lakukan karena sudah terbiasa dan kami menyebutkan hal tsb adalah santri style. Karena memang saya akui saya pernah melihat para santri di pesantren jikalau sedang makan dengan cara seperti itu. Insya Allah jika dilakukan secara berjamaah mendapat banyak berkah dan berpahala. Amin

Tinggal seatap, serumah dengan penghuni 6 orang sungguh saya rasakan sebagai sebuah keluarga. Meskipun tidak ada yang namanya ayah, ibu apalagi anak. Jika bukan keluarga, mau dibilang apa? Satu sama lain saling menunggu ketika berangkat kerja dan pulang, satu sama lain saling mengantri ketika ada kepentingan di kamar mandi yang tak mungkin kami lakukan secara bersama. Tidurpun terkadang terkesan bersama padahal sebenarnya kami memakai kasur dan bantal masing-masing. Namanya sebuah keluarga, ada saja yang namanya konflik, hal-hal kecil yang terkadang dibesar-besarkan sempat membuat keluarga ini terkesan tak harmonis. Namun, jalan keluar pastilah ada keharmonisan dan ukhuwah satu dengan yang lainnya jika satu sama lain saling mengerti dan memberi solusi takkan pernah pudar lagi.

2 bulan lebih diri ini tinggal bersama dan bekerja terkadang merasakan kejenuhan dan keBETEan, tapi apa mau dikata dalam hidup hal seperti itu pastilah terjadi. Tergantung pikiran dan perasaan kita sudah sepantasnyakah rasa kejenuhan dan keBETEan kita ungkapkan dan rasakan. Keimanan, ketaqwaan dan keikhlasan yang begitu kuat terdapat pada diri setiap makhluk di bumi rasa kejenuhan itu takkan terjadi, karena Allah tempat kita bergantung, meminta dan mencurahkan perasaan-perasaan yang ada di dalam hati kita.

Minggu, 06 Juli 2008

AKHIRNYA DATANG JUGA...


Sekian kali berdoa, sekian kali berusaha, sekian kali pula meminta restu orang-orang tercinta dan terdekat. Itulah yang saya lakukan ketika diri ini belum mendapat sesuatu yang diinginkan, yaitu bekerja. Bekerja di tempat yang diinginkan, bekerja yang sesuai dengan bidangnya dan bekerja di tempat untuk mengaplikasikan ilmu yang saya miliki dari hasil perjuangan saya di Bogor EduCARE (www.bogoreducare.org) yang notabene pendididikan tersebut 100% gratis dan ilmu yang diajarkan begitu bermanfaat. Bukan maksud sok mau pamer, namun begitulah hidup jika masih ada iman di dalam hati suatu hal yang ingin kita capai dan peroleh haruslah ada perjuangan dan pengorbanannya karena hidup haruslah ada proses tidak selamanya harus serba instant walaupun kita hidup di zaman modernisasi di negeri yang sangat berkembang pesat karena harga kebutuhan-kebutuhan pokoknya selalu berkembang alias naik terus.
Jika anda pengunjung dan pembaca setia blog saya, tulisan ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul “Saatnya Bergerak”, setelah perusahaan-perusahaan yang saya sebutkan pada artikel tersebut. Saya mulai bergerak kembali mencari dan berusaha lagi melamar ke beberapa perusahaan. Yaitu TB. Gramedia Pajajaran Bogor, Yamaha Arista dan Wahana.

TB Gramedia, tadinya merupakan sebuah perusahaan yang saya inginkan agar bisa keterima. Bagaimana tidak? Perusahaan tersebut lokasinya cukup terbilang strategis, tepatnya di Jl. Pajajaran Br. Siang-Bogor seberang Masjid Raya Bogor. Perjalanan dari rumah saya di Gadog agar sampai ke tempat tersebut hanya Rp 2.500 naik coltmini (Cianjur-Bogor). Dari persyaratan yang diajukan oleh TB. Gramedia saya pun merasa optimis bahwa saya pasti bisa bekerja di tempat tersebut. Lowongan yang dibuka adalah Pramuniaga dengan syarat: min. D1, tinggi 165 cm, menguasai ms. Office dan aktif berbahasa Inggris, berkelakuan baik, dan berpenampilan menarik. Indra banget bukan? Hahay… Memang takdir berkata lain dan memang bukan rejeki saya di Gramedia, entah kenapa saya tidak keterima di sana? Saya akui ketika proses interview berlangsung, saya terlalu menunjukkan sikap optimis dan penuh percaya diri, dan menunjukkan keidealisan saya yang berpegang teguh akan argumentasi diri sendiri. Mungkinkah demikian? I don’t know.

Setelah itu saya memenuhi panggilan interview dan tes (ms. Excel) di sebuah perusahaan dealer resmi motor Yamaha PT Arista Mitra Lestari yang mempunyai banyak cabang atau biasa disebut Yamaha Arista di Jl. Narogong Cileungsi Bogor (tempatnya dekat dengan BUKAKA, pangkalan 10 Narogong), dan hasilnya saya diterima. Namun saya kecewa, saya melamar sebagai admin karena pada iklan di korannya pun demikian akan tetapi saya malah ditempatkan di bagian gudang sebagai kepala gudang merangkap supervisor gudang dan admin gudang. Saya harus menjalani training dulu di Yamaha Arista Citeureup selama 3 bulan setelah itu saya akan di tempatkan di cabang yang lain di Bogor atau di Tajur dengan kontrak 1 tahun setelah itu ada kemungkinan menjadi karyawan tetap, Enak Dunx!!! Baru 3 hari menjalani training saya sudah merasa tidak nyaman. Tanya Kenapa? Selama 3 bulan saya hanya dibayar Rp 700 ribu, bukan berarti saya tidak mau bersyukur, saya hanya kasihan pada orang tua saya, modalnya terlalu gede. Pulang pergi Gadog (Ciawi)-Citeureup berapa? (kira-kira Rp 12.500), dari hari Senin-Sabtu. Mana cukup. Disamping itu jobdes dan tanggung jawabnya pun terlalu berat, jika ada barang di gudang yang hilang gaji saya akan dipotong, selain itu saya masih sangat awam dengan onderdil dan spare part sepeda motor, kalau spare part computer sih lumayan tahu.

Setelah itu timbullah keinginan untuk berhenti dan pindah pekerjaan. Teman saya, sebut saja Olih, dia memberi kabar pada saya dan teman-teman saya yang lain untuk melamar kerja di sebuah perusahaan yang jauh dari rumah saya tepatnya di Ciputat, yaitu di Wahana (Courier & Air Cargo Specialist). Katanya, perusahaan ini minta anak-anak lulusan Bogor EduCARE sebagai karyawannya, apakah alasannya? Nanti aja Tanya ke Olih, kalau diceritain di blog ini terlalu panjang. Memang perlu persiapan, pemikiran dan keyakinan yang matang untuk bekerja di sana. Maklum saja, saya sebagai anak yang pernah lama menjadi bungsu yang sering dekat dengan orang tua. Tiba-tiba haruslah berpisah dan jauh dari orang tua dan orang-orang terdekat di rumah dan di kampung halaman tercinta (Gadog City) karena hal demikian. Tak apa-apalah, jika tidak demikian kapan saya bisa mandirinya dan bersikap lebih dewasa? Lalu pergilah saya ke Wahana untuk interview, karena Olih dan teman yang lain sudah resmi bekerja di sana. Setelah itu, saya resmi diterima di perusahaan ini dengan konsekwensi jam kerja yang lumayan padat dari hari Senin-Sabtu dengan upah sekian dan status kontrak 1 tahun, dan mendapat fasilitas mess untuk tempat tinggal. Dari hari ke hari saya pun haruslah mulai beradaptasi dengan orang dan lingkungan sekitar dan yang paling penting dengan jobdes saya. Saya merasa senang ternyata, bidang dan jobdes saya sesuai yang diinginkan. Kemampuan Ms. Office dan berselancar di dunia maya (internet) yang saya miliki insya Allah bisa diaplikasikan. Kalau kemampuan Bahasa Inggris saya, little-little sih teraplikasikannya.


Ya begitulah cerita saya, proses saya bisa bekerja di Wahana dengan jabatan sebagai Pelaksana HRD. Memang jauh rasanya tujuan dan tanggung jawab ketika Job Training Sept-Nov 2007, bekerja administrasi selama 2 bulan di Departemen Procurement (Purchasing & Warehouse), HRD, Marketing dan Produksi PT Inti Abadi Kemasindo (SBU Packaging PT ISM Bogasari Flour Mills) anak perusahaannya PT Indofood Sukses Makmur dengan sekarang bekerja di HRD lebih tepatnya di bagian GA (General Affair) istilah yang sering digunakan di perusahaan-perusahaan, di PT Wahana Prestasi Logistik. Tujuan dan tanggung jawab saya ketika di Bogasari adalah untuk memenuhi tugas akhir kelulusan saya setelah itu membuat laporannya setelah itu lagi di uji dengan cara disidang (presentasi dalam bahasa Inggris), akan tetapi tujuan dan tanggung jawab saya di Wahana adalah karena memang seharusnya saya melakukan demikian karena sudah lulus kuliah dan ingin membantu ekonomi keluarga dengan didasari rasa ikhlas dan ridho Allah SWT tanpa paksaan.

Saya berharap dalam kehidupan ini, bekerja dari hari ke hari yang saya alami ini tidak mau dianggap menjadi rutinitas semata dan terkesan monoton. Akan tetapi, saya ingin setiap hal yang terjadi setiap harinya dijadikan bahan evaluasi dan pembelajaran agar hari berikutnya lebih baik. Sempat saya berpikir ketika kesibukan saya di Senin pagi, setelah mandi dan solat subuh, sarapan lalu berbincang-bincang dan pamit dengan orang tua untuk pergi bekerja yang insya Allah seminggu sekali bertemu kembali, setelah itu mengamati aktivitas, hilir mudik bis-bis di Terminal Br. Siang-Bogor, sorakan kenek-kenek bis mencari penumpang, orang-orang yang akan berangkat kerja mencari dan menaiki bis-bis sesuai jurusannya, Polantas dan DLLAJ yang sedang sibuk melakukan tanggung jawabnya di Terminal sesekali memalaki pengendara sepeda motor yang katanya melanggar UU lalu lintas, nyaris tak ada bedanya dengan hari-hari yang lain. Akankah ini terulang kembali di hari berikutnya?

Akhirnya datang juga, sengaja saya pakai kalimat itu untuk judul artikel ini dengan pengertian cukup luas. Akhirnya datang juga… rejeki dari Allah itu pada diri saya, akhirnya datang juga… pekerjaan yang saya harapkan, akhirnya datang juga… saya harus benar-benar mandiri dan lebih dewasa dalam menjalani hidup, dan akhirnya datang juga2… yang lain yang tentunya haruslah positif.

Kamis, 05 Juni 2008

APA YANG TERJADI???


Meskipun udah telat mengeluarkan opini tentang tulisan ini, tapi dampaknya masih terasa kok! Bahkan sampai jangka panjang ke depan. Akhirnya pemerintah resmi mengumumkan kenaikan BBM, Jum’at (23/05/2008) jam 22:15 WIB. Kok malam-malam sih? Suatu hal yang bisa dikatakan mendadak itu, kian membuat penderitaan rakyat semakin menderita dan kian membuat kesengsaraan rakyat kian sengsara. Hal-hal yang memicu dan mendorong pemerintah mau menaikkan harga BBM, katanya sih karena harga minyak dunia semakin melambung tinggi, dan pemerintah gak sanggup menanggung harga tersebut alias pemerintah gak bakalan lagi mampu mensubsidi minyak untuk rakyat dari APBNnya.

Entah apapun alasannya, sebagai Jamrud khatulistiwa negeri kita (Indonesia) yang katanya anggota OPEC alias Organisasi Pengekspor Minyak Dunia yang berarti di dalam negerinya itu kebutuhan akan minyaknya tercukupi karena banyak dan kaya sumber-sumber minyaknya, kok merasa kebakaran jenggot sih? harusnya Indonesia untung donx, kan jualan minyak. Akan tetapi kenyataannya, katanya Indonesia malah membeli minyak dari luar yang berarti di sisi ini peran Indonesia sebagai konsumen bukan Produsen. Lalu selama ini, benarkah Indonesia punya banyak sumber-sumber minyak? That’s Right.

Ketidakberdayaan pemerintah untuk mengolah dan mengelola sumber minyaknya sendiri, itulah penyebabnya. Padahal dipikir-pikir orang-orang pintar dan orang-orang kaya di Indonesia banyak loh, mana mungkin sih mereka gak bisa mengolah minyak mentah menjadi BBM. Alasan lainnya karena privatisasi, sumber2 minyak, barang tambang, mata air dan asset2 penting berharga lainnya malah diserahkan pada pihak swasta apalagi pihak asing, padahal dalam undang-undang sendiri disebutkan dalam pasal (lupa lagi) hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus dikelola Negara. Berarti selama ini pemerintah telah ingkar pada dasar negaranya sendiri dunx.


Meskipun berbagai pihak banyak yang mengecam atas tindakan pemerintah kita tentang hal tersebut, tetap saja pemerintah tidak mau pusing dan menganggap suara-suara kecaman tersebut sebagai rengekan belaka. Entah mereka malas mendengar, tidak mau mendengar atau tidak bisa mendengar dan merasakan penderitaan rakyat yang jika pemerintah melakukan kenaikan harga BBM, penderitaan dan kesengsaran kian bertambah. Menurut info yang saya dapat dari media Televisi, sebuah lembaga survey di Indonesia menyebutkan bahwa masyarakat miskin di Indonesia sebanyak 40 juta orang lebih. Sungguh angka yang fantastis, di tengah banyaknya rakyat miskin di Indonesia masih saja ada orang-orang yang tidak tergolong miskin mau merampas hak orang miskin. Sungguh sangat zolim sekali. Sebagai contoh, BLT yang katanya merupakan bantuan untuk masyarakat tidak mampu yang merupakan kompensasi atas naiknya harga BBM kaya akan praktek tercela. Korupsi kerap dilakukan oleh berbagai pihak tak terkecuali oknum pemerintah terkait, orang2 yang merasa dirinya oknum dan masyarakat yang tidak punya rasa malu. Yaitu masyarakat yang mau-maunya dirinya mengaku-ngaku sebagai orang miskin hanya untuk mendapatkan Rp 3.000/hari tiga ribu rupiah perhari (hitung aja sendiri, Sebulan kan 30 hari, BLTnya Rp 100.000) padahal dirinya tergolong mampu. Sangat miris kita mendengarnya, padahal masih banyak loh masyarakat yang harusnya mendapat BLT tersebut (masyarakat yang betul2 miskin ekonomi) kok malah tidak dapat bantuan tersebut. Dengan alasan tidak punya inilah, itulah! Harus punya kartu inilah, surat itulah… intinya kalau mau dapat Rp 3.000 per hari harus siap2 repot, seperti mengurus persyaratan-persyaratannya. Mending gratis, udah ribet-bayar pula. CAPEK DEH!!!


Terkait hal demikian, saya mempunyai info yang berisi solusi bagaimana seharusnya mengatasi hal tersebut yang saya dapat dari lembaran pernyataan salah satu Organisasi Massa / Ormas Islam di Indonesia, yaitu :


Hentikan liberalisasi dan privatisasi asset-asset kemaslahatan umat yang ada di Indonesia!!!
Nasionalisasikan sektor energi, termasuk migas!
Jangan pernah mempercayai penguasa yang zhalim!
Kesulitan dan hidup yang dialami oleh rakyat saat ini adalah dampak diterapkannya Kapitalisme Sekular, baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Maka, sudah saatnya, system Kapitalisme Sekular yang selama ini mencengkeram Indonesia dan menimbulkan kesengsaraan rakyat banyak harus segera ditinggalkan. Gantinya adalah ISLAM


Bukan maksud saya sok ikut campur tentang politik, tapi masalahnya ini banyak kaitannya dengan diri saya, keluarga saya, saudara saya, kerabat saya, teman saya, guru saya, kampung saya, dan Negara saya. Bayangkan saja, kehidupan ekonomi keluarga saya yang sudah sulit sejak perusahaan tempat ayah saya bekerja sudah bangkrut karena pemerintah juga sih yang salah, mahalnya pajak, BBM, Listrik, dan mahal-mahal lainnya, saat ini kian membuat sulit. Tapi Alhamdulilah, kesulitan masih bisa teratasi kok. Tapi bagaimana dengan masyarakat yang lain, yang betul-betul tidak berdaya menghadapi keterpurukan kehidupan ekonominya??? Masih teringat dalam benak ketika masa SMP, ongkos untuk pulang pergi ke sekolah hanya Rp 800 (Naik angkot Cisarua-Sukasari turun di Seuseupan atau Ciawi terus naik angkot jurusan Cibedug-Sukasari, tapi sekarang kalau dihitung bisa Rp 8.000 loh). Berapa kali lipatkah???

Kapan ya bisa seperti dulu lagi? Ongkos naik angkotnya murah banget, harga satu kali pulang pergi naik angkot sekarang bisa sepuluh kali pulang pergi waktu saya SMP??? JANGAN GILA DONX!!!

Seiring perkembangan waktu yang berjalan setiap detiknya, semua hal berkembang pula. Termasuk harga-harga ikut berkembang alias naik, baik itu harga kebutuhan pokok, transportasi, ATK, elektronik, dan hal-hal lainnya. Baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bahkan saking melambungnya harga-harga kebutuhan pokok, misalnya beras banyak masyarakat yang memakan nasi aking, tapi masih mending sih! Bahkan ada yang tidak makan sama sekali.

Kita bahas topik yang lain ya, tapi nanti juga nyambung lagi sama cerita di atas! Terkait insiden Monas yang terjadi pada hari minggu 1 Juni 2008, tentang kasus kekerasan pemukulan yang dilakukan Laskar Front Pembela Islam atau FPI kepada AKKB (Aliansi Kebangsaan Kerukunan Beragama). Banyak pihak yang menyayangkan mengapa terjadi hal seperti itu. Pihak AKKB yang katanya sedang apel siaga untuk memperingati Hari Kebangkitan Pancasila diserang oleh sekelompok orang yang tergabung dalam Laskar FPI atau Laskar Islam, dengan tangan kosong, bambu, pentungan massa FPI memukuli orang2 AKKB. Sehingga menyebabkan belasan orang luka-luka dari pihak AKKB. berdarah di kepala dan anggota tubuh lainnya.

Apa yang terjadi setelah itu? Banyak pihak yang mengecam atas tindakan FPI, dan banyak pihak juga yang menginginkan FPI dibubarkan saja. Dengan argument yang dilontarkan mengapa FPI ingin dibubarkan karena Islam tidak mengajarkan kekerasan boleh saja berbeda pendapat tapi jangan bertindak anarkis selesaikanlah dengan bijak di sebuah forum. And then my opinion is secara saya sebagai umat Islam dan pernah terlibat dalam salah satu ormas Islam yang ingin menegakkan syari’at Islam, sangat disesalkan dan kecewa akan perbuatan anarkisnya FPI karena seakan-akan sama sekali tidak sesuai dengan akhlaq Nabi Muhammad yang benci dengan kekerasan. Akan tetapi saya sangat mendukung niatnya FPI yang ingin membubarkan Ahmadiyah di Indonesia. Dan tak disangka tak diduga menurut pihak Laskar Islam ternyata AKKB yang ada di monas itu mereka berkumpul untuk mengutarakan bahwa mereka mendukung Ahmadiyah dan siap membela Ahmadiyah jangan dibubarkan dan memang di monas itu bukan hanya AKKB yang ada tetapi pengikut Ahmadiyah pun ada di sana.


Kenapa Ahmadiyah harus dibubarkan? Karena mereka merupakan aliran kepercayaan yang telah menodai agama Islam, mereka mengaku Islam tetapi mereka mengaku ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Sungguh perbuatan yang sangat mengingkari Islam. Padahal telah disebutkan dalam AlQur’an bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir atau penutup para nabi dan artinya setelah Baginda Nabi Muhammad SAW wafat tidak ada lagi nabi yang lahir ke dunia ini. Tidak hanya itu kenapa Ahmadiyah harus dibubarkan, silahkan cari tau sendiri? Sebenarnya saya juga tau cuman takutnya salah mendeskripsikannya.

Pernah saya membuat pesan singkat dalam bentuk SMS dan mengirimkannya kepada beberapa teman saya yang isinya berupa dukungan terhadap niat FPI atas pembubaran Ahmadiyah. mengapa saya membuat seperti itu? Tadinya saya tidak mau membuat itu, tapi ada beberapa teman dan saudara saya yang isinya hampir sama dengan SMS yang saya buat, tapi teman dan saudara saya SMSnya bernada lebih keras bahkan sampai 3 SMS sekaligus yang berisi dukungan terhadap FPI dan tuntut pembubaran Ahmadiyah. Sehingga datanglah inspirasi untuk membuat SMS seperti itu dan membuat tulisan tersebut untuk blog saya. He..he..

Berbagai media massa, baik cetak dan elektronik memberitakan tentang FPI sehingga membuat masyarakat tertuju pada hal itu dan seolah-olah gak ada masalah kok di kehidupan saya! Padahal sebenarnya masyarakat itu sedang kewalahan dan kebingungan karena naiknya kebutuhan2 pokok. Media massa yang tadinya ramai memberitakan tentang demo-demo yang terjadi di ibukota dan kota-kota lainnya di Indonesia untuk menolak dan membatalkan kenaikan BBM dan menolak BLT, tiba-tiba seketika media massa ramai memberitakan tentang kasus FPI insiden monas. Ada apa ini? Apa yang terjadi? (Seperti judulnya)

Yang jelas argument dan alasan saya membuat tulisan ini untuk mengisi blog saya karena sudah lama ga ngisi tulisan lagi dan juga atas permintaan banyak pihak yaitu pengunjung-pengunjung blog saya yang mengatakan pada saya “dra, kok isi blognya masih yang itu? Belum posting lagi.” Lalu saya jawab “Oh nanti, saya lagi nyari insprasi” dan sebenarnya yang paling penting sih saya ga punya waktu untuk ke warnet karena jauh dari rumah saya harus naik angkot dan yang paling penting dan ga kalah pentingnya sih saya ga punya uang alias dana untuk dianggarkan ngenet di Warnet karena sebagai orang yang statusnya masih nganggur belum kerja alias belum punya penghasilan sendiri masih mengandalkan orang lain yaitu orang tua agar bisa mendapatkan uang. Kalau dikasih ya syukur Alhamdulillah, kalau nggak ya terpaksa diam aja deh di rumah sambil nyari inspirasi.

Sekali lagi, apa yang terjadi dengan berita di atas dan lingkungan sekitar? Dan apa yang terjadi dengan diri saya dan diri anda, sudah memang takdir Ilahi. Kehidupan ibarat sebuah sinetron, yang setiap saat episodenya berbeda-beda.
Laa yu kalifullahu nafsan illaa wus ‘ahaa
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”
Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali jika kaum itu sendiri merubahnya…

Rabu, 21 Mei 2008

OPINI JOB


Sumber daya manusia berkualitas yang terampil dan berkemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam memasuki dunia kerja saat ini. Lapangan kerja yang sempit dan tingginya angka masyarakat usia produktif yang belum memiliki pekerjan kian membuat persaingan meraih peluang pekerjaan semakin ketat. Oleh karena itu, kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya kemampuan mengoperasikan komputer dan kemampuan berbahasa Inggris akan memudahkan seseorang meraih peluang pekerjaan yang penuh daya saing ini.

Tulisan yang anda baca di atas merupakan bagian dari penulisan laporan Praktek Industri saya beberapa saat yang lalu sebagai tugas akhir kelulusan, tepatnya pada Bab I. Pendahuluan, A. Latar Belakang Praktek Industri. Saya menuliskan hal demikian berdasarkan realita yang ada. Mana ada sih, perusahaan yang mau menerima seseorang untuk dijadikan sebagai karyawannya tidak berkualitas. Jika ada, mungkin itu sebuah keterpaksaan, takdir, factor nepotisme atau mungkin uang yang berbicara. Bayangkan saja tiap tahunnya di Indonesia usia produktif yang baru lulus dari bangku SMA bahkan sarjana selalu bertambah, dan itu bukan pada hitungan puluhan, ratusan, atau ribuan melainkan jutaan (JUTAAN). Iya, jutaan warga Indonesia yang siap bekerja harus siap menjadi pengangguran. Bagaimana tidak? Bertambahnya populasi usia produktif tidak diimbangi dengan bertambahnya lapangan kerja. Dari hasil survey yang pernah saya baca dari salah satu media cetak di Indonesia menyatakan bahwa kesempatan bekerja bagi seseorang itu 1:1000 (satu banding seribu) namun ada juga yang mengatakan 1:100 (satu banding seratus). Terserah anda mau memilih yang mana atau mungkin anda punya pendapat sendiri dengan sumber terpercaya yaitu 1:1000.000 (satu banding sejuta). Yang jelas apa artinya itu? mendapatkan pekerjaan bagi seseorang itu peluangnya sulit apalagi bagi seseorang yang tidak mempunyai keterampilan sama sekali atau masuk kategori SDM tidak berkualitas.

Beda halnya dengan SDM berkualitas yang mempunyai keterampilan dalam berbagai bidang. Misalnya bidang IPTEK, pada zaman era modernisasi yang sudah terkomputerisasi mereka (SDM Berkualitas) dengan mudahnya keluar masuk dan menolak menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan yang membutuhkan skillnya. Hanya duduk di depan computer ditemani sejuknya AC, seseorang bisa dengan mudah melamar pekerjaan kebanyak perusahaan hanya dalam hitungan menit atau bisa juga sejam tanpa harus bercapek-capek berkeliling ke tiap perusahaan hanya untuk memberikan amplop coklat yang berisi surat lamaran, pas foto, CV, ijasah dan lain2 masih mending kalau ada lowongan itupun hanya sekedar menitipkan saja. Maksud dari tanpa harus bercapek-capek? Hanya dengan uang Rp 2500 atau Rp 4000, seseorang bisa menjelajahi dunia maya di Warnet (warung Internet) untuk mencari lowongan-lowongan pekerjaan dengan membrowsing situs-situs yang khusus berisi info lowongan pekerjaan atau bahkan ada yang lebih mudah, sewaktu-waktu email kita inboxnya akan penuh dengan lowongan2 pekerjaan. Dengan mengklik lowongan pekerjaan yang kita mau, acara melamar pekerjaan sudah kita laksanakan, Mudah Bukan?. Tapi tunggu dulu, mudah bagi orang yang sudah mengetahui namun sulit bagi orang yang belum mengetahui.

Oleh karena itu, pada kalimat terakhir pada paragraph pertama Bab Pendahuluan laporan saya mengapa berbunyi seperti itu? Karena sudah saya pikirkan sebelumnya memang kenyataannya seperti itu di lapangan yang saya temukan. Jika tidak, terserah anda because it is my opinion.
Dalam hitungan minggu atau mungkin sebulan lebih seseorang hanya tinggal menunggu panggilan dari perusahaan2 yang telah kita lamar lewat internet. Kemudian memenuhi panggilan perusahaan tersebut hanya untuk proses interview atau tes-tes tanpa harus menjelaskan maksud kedatangannya untuk melamar. Menolak dan menerima pekerjaan itulah jawaban yang akan dikeluarkan bagi sang pelamar, kebanyakan sih gitu? Yang pernah saya alami. Sebagai contoh mengapa saya menolak pekerjaan dari perusahaan yang saya lamar, karena tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, bagaimana tidak? Mereka mau menggaji saya pada saat bulan ke-5 saya bekerja, itu artinya selama 5 bulan itu saya harus menyediakan dana yang besar untuk kebutuhan saya sehari-hari selama bekerja. Untuk ongkospun pas-pasan apalagi buat ngekos dan makan sehari-hari, karena hidup di Ibukota itu penuh dengan intrik.

Masalah sulitnya mencari lapangan pekerjaan, memang sudah lagu lama yang akan menjadi lagu baru yang dimodifikasi setiap tahunnya. Persebaran kemakmuran dalam hal ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak merata adalah alasan nyata, yang sering membuat seseorang tergoda untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar. Sebagai contoh, setiap kali saya membuka email saya, atau ketika membuka situs info lowongan kerja, Jakartalah yang mendominasi bahwa lowongan dari perusahaan2 itu berada di sana. Tak satu pun lowongan pekerjaan dari kota saya, Bogor tapi pernah sih ada cuman satu. Dan itu artinya yang salah itu siapa? Warga desa yang pergi ke kota (Jakarta) yang tiap tahunnya Jakarta dibanjiri para pendatang yang mengadu nasib dan berpikir Jakartalah surga pencari kerja atau perusahaan-perusahaan yang memang keinginan mereka mau membuka lapangan pekerjaan hanya di kota besar atau bahkan yang salah itu pemerintah yang lalai dalam hal persebaran kemakmuran, bukan hanya persebaran lapangan pekerjaan tetapi lalai dalam persebaran fasilitas2, sarana prasarana yang tidak dapat dirasakan masyarakat desa dan daerah.

Kita hanya bisa berharap dan berdoa semoga orang-orang yang pandai bersilat lidah tatkala mencalonkan dirinya sebagai pemimpin, baik itu pemimpin daerah dan pemimpin Negara pada saat kampanye, dengan mudahnya dan mulut manis memberikan janji muluk bahwa mereka AKAN menyediakan jutaan lapangan pekerjaan, pendidikan gratis, kesehatan gratis, apapun gratislah dan katanya dalam waktu dekat, semoga, semoga, dan semoga itu akan menjadi kenyataan. Memang hidup yang layak dan sekeliling kita sejahtera hanyalah sebuah mimpi dan angan belaka, dan memang untuk mendapatkan sebuah kesuksesan harus berawal dari mimpi tapi jangan menjadi pemimpi sejati. “Apa yang anda pikirkan menjadi kenyataan” Semoga pemimpin kita tidak zolim terhadap rakyatnya, suatu saat kelak. Tidak seperti sekarang ini, semua harga dinaik2kan dengan argument yang sangat meyakinkan disertai bukti nyata sehingga berefek jumlah warga miskin bertambah dan warga miskin bertambah miskin.
Tinggal kita instropeksi apakah setiap musibah yang menimpa negara ini apakah ujian, teguran, azab dari yang maha kuasa terhadap kita sebagai warga Indonesia, apakah terhadap pemimpin kita, dan apakah terhadap system yang dianut Negara kita???

Tulisan ini saya buat karena merupakan momen yang tepat sebagai bahan stimulasi agar kita peka terhadap kondisi sekeliling disaat masyarakat2 usia produktif sedang bersiap-siap mencari pekerjaan karena mereka telah lepas dari bangku pendidikan dan disaat momen PILKADA-PILKADA telah berlangsung, sedang berlangsung, dan akan berlangsung dimana ketika para kandidat sedang berbusa-busanya mulut mereka bersuara memberikan janji-janji mensejahterakan masyarakat pada saat kampanye karena saking banyaknya. Setelah itu terserah anda!!!
Tiada Kemuliaan tanpa Islam…

SAATNYA BERGERAK


PT Inti Abadi Kemasindo, PT Feriplus, PT Bukaka Teknik Utama, Starbucks, PT IMS, PT Max Gain, PT Datascrip, PT Coats Rejo Indonesia, PT Nutrifood Indonesia, PT Tirta Freshindo Jaya, PT Arum Investment Indonesia, PT Gama Prima, PT Karya Oliga Food, CV ARP, PT Makro Prima.

Apa yang anda pikirkan dengan nama-nama perusahaan di atas? Apakah saya sedang mengabsen nama-nama perusahaan di Indonesia? Tidak akan mungkin saya mengabsen perusahaan2 di Indonesia karena buanyak sekali. Tapi ada benarnya juga saya sedang mengabsen, lebih spesifik saya sedang mengingat-ingat beberapa perusahaan diantaranya pernah saya singgahi yang tujuannya untuk melamar pekerjaan, baik itu untuk memenuhi panggilan interview atau hanya menitipkan surat lamaran saya secara langsung, namun ada juga beberapa perusahaan yang saya lamar dikirim melalui jasa pos. perusahaan di atas saya masukkan dalam kategori ngelamar fisik maksudnya secara riil bahwa saya menyediakan lamaran, pas foto, CV, dll untuk diserahkan ke perusahaan tersebut namun ada juga yang tidak saya serahkan namun sudah jelas bahwa saya dipanggil perusahaan tersebut via telepon tetap saya masukkan dalam kategori ngelamar fisik. Ada ngelamar fisik ada juga ngelamar non fisik, maksudnya ngelamar tanpa harus menyediakan amplop, lamaran, CV, dsb. Hanya lewat internet saja dan sampai saat ini belum ada panggilan dari perusahaan yang saya lamar. entah karena belum dipanggil atau memang, tidak diterima.

Sudah genap satu bulan lebih, saya lulus dari sebuah lembaga pendidikan. Harapan setelah lulus agar segera mendapat kerja tinggal angin lalu, namun saya optimis dalam waktu dekat saya akan bekerja di sebuah perusahaan yang sudah saya lamar. apakah anda pikir selama satu bulan ini saya tidak bekerja dan hanya duduk mengkhayal menjadi eksekutif muda dan merenung menyesali apa yang pernah saya perbuat yaitu mengundurkan diri dari pekerjaan di sebuah perusahaan beberapa waktu lalu. Tidak sama sekali, tapi ada juga sih perasaan trauma bahwa dunia kerja itu keras perlu mental yang kuat untuk menghadapi dunia tersebut.

Selama sebulan ini saya bekerja menjadi hamba Allah dan bekerja menjadi sang anak dari orang tua saya dan bekerja mencari kerja. Yang namanya bekerja itu menghasilkan sesuatu, dan alhamdulilah dua minggu yang lalu saya bisa menghasilkan uang dengan entrepreneur kecil-kecilan dengan hasil yang besar-besaran. Yaitu, menyediakan jasa pengetikan dan pengeprinan di rumah saya dan itu dilakukan saya sendiri. Dan hasilnya saya gunakan untuk modal yaitu membeli tinta print dan modal untuk melamar kerja.

Terus terang jika dihitung-hitung, ternyata melamar kerja itu perlu modal yang lumayan juga ya. Yang membuat modal itu terkuras, yaitu ketika memenuhi panggilan interview dan pergi ke perusahaannya langsung. Angkot, bis, kereta api, bahkan ojeg, merekalah yang pernah membantu saya dalam proses perjalanan saya ke perusahaan yang saya lamar baik itu sendirian, rombongan, dan diantar langsung oleh kerabat saudara karena saya tidak tahu dimana lokasi persisnya perusahaan tersebut. Sebut saja kemayoran, Jakarta Pusat, terus terang saya masih asing dengan tempat itu dan akhirnya saya diantar oleh saudara yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari sana. Rombongan, saya dan teman-teman kira-kira 7 orang pergi ke perusahaan untuk melamar pekerjaan dari awal berangkat sampai pulang pun bersama-sama.

Sendirian, dengan modal PeDe, speak up dan tentunya uang, saya pergi ke Tangerang untuk melakukan proses interview dan hasilnya saya tolak untuk kerja di sana karena ternyata perusahaan yang saya lamar itu statusnya outsourcing mensyaratkan agar saya diterima kerja di perusahaan yang saya kehendaki dengan gaji sekian dan posisi tertentu haruslah membayar biaya administrasinya terlebih dahulu yang nominalnya lumayan Rp 200ribu lebih, katanya sih untuk medical chek up, disker, depnaker, dsb. Entah benar atau tidak yang jelas saya tidak mau, karena tidak bisa dipungkiri kita kerja untuk mencari uang bukan untuk memberi uang, dan kritikan untuk perusahaan tersebut adalah mereka itu sedang mencari karyawan atau sedang mencari uang sih? Yang jelas ketika itu saya tidak mempunyai uang sebesar itu, bayangkan saja!!! saya tinggal di Bogor sedangkan perusahaan tersebut di Tangerang buat ongkos pun pas-pasan. Tapi kenyataan, saya transit di rumah kakak saya yang kebetulan tinggal di Jakarta yang memang dekat dengan lokasi perusahaan tersebut di Tangerang. Menggunakan jasa pos pun, lumayan menguras dana, karena mau ga mau saya harus mengirimkan lamaran menggunakan kilat khusus agar cepat sampai dan hasilnya belum ada panggilan tuh.

Pernah saya titipkan lamaran ke kakak saya agar diserahkan ke perusahaan yang berada di area Bandara Soetta, katanya sih ada lowongan dan memang saya juga optimis disana yang paling berpengaruh dalam kaitannya dengan pekerjaan adalah kemampuan Bahasa Inggrisnya, dan saya merasa dengan modal sertifikat dan transkrip nilai yang dominant mata kuliahnya bahasa Inggris bisa menembus agar saya diterima minimal dipanggil dan hasilnya nihil. Pernah ada alasan mereka menolak, karena saya berdomisili di Bogor mereka maunya yang berdomisili di sekitar bandara, entah apa maksudnya? Silahkan pikir! Dan yang pasti alasannya adalah BELUM REJEKI SAYA UNTUK KERJA DI SANA.

Manusia hanya bisa berencana, berikhtiar dan berdoa namun ALLAH pulalah yang menentukan. Rencana untuk bekerja dalam waktu dekat sudah saya buat jauh-jauh hari bahkan sebelum wisuda. Berikhitiar mencari pekerjaan kesana kemari sudah saya lakukan dan berdoa sudah saya pasrahkan sepenuhnya kepada Allah bagaimana takdirNya.

Tulisan ini saya buat, bukan untuk mengeluarkan keluh kesah saya melainkan untuk mencurahkan pengalaman dan kejadian yang saya alami dalam bentuk tulisan. Nama blognya juga taufikdiary.blogspot.com, ya berarti isinya diarynya si Taufik alias nama belakang saya. Sehingga bagi seseorang yang membaca tulisan ini bisa mengambil pelajarannya dan hikmahnya. Lalu makna dari judul di atas adalah bahwa setelah tahu bahwa hasil ikhtiar dan doa kita masih nihil juga, tidak lantas kita berdiam diri saja dan merenung pada penyesalan dan sayang akan uang yang telah kita keluarkan. Akan tetapi, kita haruslah bergerak dengan cara berencana, berikhtiar, dan berdoa lagi, lagi dan lagi segera, segera dan segera. Setiap saat, kapanpun kita harus bergerak bahkan kita sedang tidurpun bergerak, dan memang ciri-ciri dari makhluk hidup itu bergerak.

Yang paling utama saya sampaikan permohonan maaf dan ampunan saya pada Allah SWT, apakah selama ini ikhtiar dan doa saya tidak sungguh-sungguh tanpa didasari rasa keikhlasan. Dan kedua orang tua saya yang telah menyuplay materi berupa uang, dan doanya, kerabat, saudara dan teman-teman terima kasih atas dukungan moralnya dan info2nya. Dan dosen-dosen saya ketika masih kuliah saya haturkan permohonan maaf juga yang pernah saya buat kecewa ketika saya memutuskan untuk berhenti dan keluar dari pekerjaan di sebuah perusahaan dimana saya bekerja atas refrensi mereka. Terutama Mam Nur, Bu Mirsya, Pak Dian dan lain-lain yang telah memberikan supportnya di saat saya akan mulai memasuki dunia kerja di perusahaan tersebut. Ternyata setelah itu baru saya terpikirkan dalam memasuki dunia kerja itu segalanya harus siap dan kuat, bukan hanya IQ yang harus siap dan kuat tetapi juga mental dan psikologis yang harus dipersiapkan dan dikuatkan. Segala sesuatu yang menyakitkan jangan dimasukkan ke dalam perasaan dan jangan dipikirkan, melainkan harus dijadikan bahan instropeksi kita dimana letak kesalahan yang membuat kita sakit itu sehingga sesuatu yang menyakitkan bisa kita ubah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Contohnya, atasan kita sedang memarahi kita, anggap saja dia sedang berceloteh layaknya sang pendongeng sedang menokohkan antagonis. SEMOGA

Sampai bertemu lagi di gerbang kesuksesan! Jangan pernah melihat kesuksesan pada satu titik saja apakah orang tersebut bekerja atau tidak atau seseorang tersebut mempunyai perusahaan dimana-mana sehingga menjadi konglomerat. Karena Yang namanya kesuksesan bagi tiap orang itu pastilah berbeda-beda. Insya Allah saya akan mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama saya kuliah dimanapun tidak hanya di dunia kerja melainkan di dunia sesungguhnya.



Sabtu, 26 April 2008

PERSPEKTIF TAUFIK


Tak terasa dari detik ke menit, jam, hari, bulan, tahun, windu, dasawarsa, abad, dan millennium, itu merupakan nama dan jenis-jenis waktu. Entah berapa banyak moment yang telah menghiasi waktu tersebut setiap harinya. Masih teringat dalam benak, saat-saat bahagia dan merasa sedikit sedih ketika lulus SMA. Dimana bahwa diri ini ternyata sudah saatnya memasuki dunia baru dan lepas dari dunia sekolah. Sedih, ketika planning dan harapan untuk melanjutkan pendidikan lagi dan terjun dalam dunia kuliah alias ingin masuk sebuah universitas terhalang oleh ketiadaan materi. Namun, hal itu terbayarkan ketika diri menemukan sebuah lembaga pendidikan, dimana untuk melanjutkan pendidikan lembaga tersebut tidaklah memerlukan materi sebagaimana lembaga atau universitas lainnya yang tergolong harus merogoh kocek dalam-dalam.


Bogor EduCARE, itulah sebuah lembaga pendidikan satu tahun Administrasi Perkantoran…. Dimana diri ini mendapatkan banyak hal yang bermakna. Ilmu pengetahuan sebagaimana mestinya, akhlak yang membuat seseorang mempunyai sikap terpuji, persahabatan dan persaudaraan yang tanpa memandang suku, jenis kelamin dan usia, kekeluargaan/keluarga yang membuat siswa dan guru layaknya anak dan orang tua. Itulah beberapa hal yang telah dirasakan dan didapat oleh diri ini dan diri yang lainnya selama belajar, bermain, bersilaturahmi di Bogor EduCARE.


Saya teringat akan pernyataan dari seorang ulama yang mengatakan “yang paling jauh di dunia ini adalah hari kemarin”. Dan memang iya dan benar, bahwa hari kemarin memanglah sangat jauh dan bahkan kita tidak akan lagi menemukan dan merasakan hari kemarin itu. Suasana belajar yang serius dibumbui canda gurau, mengerjakan tugas-tugas yang mau tidak mau harus dikerjakan, dimarahi atau bahasa halusnya dinasehati oleh dosen, adalah beberapa hal yang termasuk dalam hari kemarin, yaitu hari dimana saya dan saudara yang lain masih berstatus murid Bogor EduCARE. Yang berarti, hal itu tidak akan saya rasakan lagi dan akan tetap abadi dan utuh hanya menjadi sebuah kenangan.


Teman-teman seperjuangan baik laki-laki bagi yang merasa dirinya ikhwan dan perempuan bagi yang merasa dirinya akhwat di angkatan 10 ini, sudah tidak belajar lagi di Bogor EduCARE dan lepas dari Bogor EduCARE bukanlah akhir dari segalanya. Namun mungkin bisa dikatakan sebagai awal dari menapaki dunia sesungguhnya. Yaitu; Dunia yang membuat kita harus berjuang mencari rejeki sendiri karena sudah kurang pantas lagi kita menerima rejeki dari pemberian orang tua, dunia kerja yang penuh dengan kepahitan dan kebahagiaan, dunia entrepreneur yang penuh dengan cobaan dan persiapan yang matang, dunia dimana kita harus siap mandiri, dunia dimana bila diri mampu terjun kembali ke dunia menuntut ilmu di sebuah universitas dan dunia dimana kita harus segera mencari pasangan hidup kita di dunia ini agar kita bisa mempunyai keturunan hingga cucu buyut kita, hingga suatu saat kita bisa menceritakan pengalaman suka duka belajar di BEC kepada anak cucu kita.


Ujian demi Ujian telah dilewati, detik-detik mendebarkan saat-saat pembagian Kartu Hasil Siswa tiap catur wulan telah kita maknai, Praktek Industri telah kita kerjakan dan rasakan betapa kerasnya dunia kerja itu namun tergantung cara orang memandang bagi saya sih suka duka bersatu padu…


Bimbingan laporan dengan seorang dosen yang sikap keibuannya begitu besar telah saya laksanakan dengan meninggalkan banyak kenangan dan makna yang berharga betapa indahnya dan bahagianya bila diri merasa diperhatikan dan didengar segala curhatannya dan diberikannya support, nasehat yang membuat diri merasa termotivasi, meski setelah itu bimbingan laporan telah usai dan ujian sesungguhnya yaitu disidang dan hasilnya alhamdulilah telah berlalu masih saja diri ini merasa perlu untuk diperhatikan oleh dosen pembimbing ini. Beberapa curhatan telah disampaikan baik langsung maupun tidak langsung pada dosen tersebut, beberapa sapaan hangat selalu menghiasi setiap pertemuan, dan tak kalah pentingnya support dan perhatian masih saja tercurah dari diri dosen ini, wisuda yang penuh kebahagiaan dan keterharuan sudah berlalu begitu saja, tinggallah foto yang akan membuat diri ini mengenang kembali moment berharga itu, foto saat-saat diri ini berpakaian rapi dengan jas dan dasi, foto saat diri ini dengan seseorang yang sangat dicintai, yaitu ibu kandung dan foto saat diri bersama orang yang meninggalkan banyak moment di Bogor EduCARE, yaitu dosen pembimbing saya, Bu Mirsya. (Mrs. Mirsya Thank you very much)


Yang bisa saya katakan pada kesempatan ini, hidup ini hanya sekali, masa depan masih panjang bagi orang yang merasakan hal itu dan bagi yang merasakan masa depan sangat dekat bersiap-siaplah menghadapinya, dan suatu saat kesuksesan itu harus segera diraih. Entah bagaimana bentuknya tiap orang menanggapi sebuah kesuksesan itu menurut perspektifnya masing-masing.

Jumat, 25 April 2008

WISUDA

Sabtu, 19 April 2008 adalah suatu moment yang sangat berharga bagi diri ini dan teman-teman seperjuangan angkatan 10 BEC. Suatu moment yang harus dibayar dengan mahal dalam segala hal, baik itu fisik maupun non fisik. Pikiran dan materi telah kita upayakan selama belajar di Bogor EduCARE bahkan tenaga telah kita pakai. Akankah wisuda ini menjadi bukti, bahwa mendapatkan sesuatu yang berharga haruslah kita berusaha dengan sesungguh-sungguhnya dan menyiapkan segala hal untuk memperoleh hal tersebut.

Pagi itu, saya dan anggota keluarga yakni ibu, kakak dan adik tercinta memenuhi undangan untuk menghadiri acara wisuda saya, yakni wisuda VI Angkatan 10 Bogor EduCARE di gedung alumni IPB Baranang Siang, Bogor. Nampak rona bahagia terlihat di wajah teman-teman seperjuangan yang akan diwisuda pada hari itu. Sapaan hangat dengan beberapa teman dengan kerabat dan keluarganya, suasana kekeluargaan mengisi acara wisuda itu.

Saat-saat mendebarkan ketika diri melihat dan bertemu langsung dengan seseorang yang sangat berjasa dalam memfasilitasi pendidikan gratis ini. Seorang presiden direktur perusahaan swasta di negeri ini dan merupakan adik kandung dari wakil presiden kita, yaitu bapak Ir. H. Ahmad Kalla. Perasaan senang dan terharu ketika hati menerima sebuah sertifikat serta tak lupa ketika diri ini dikalungkan sebuah medali. Sungguh merupakan momen yang akan menjadi satu kali dalam hidup ini.

Perasaan malu dan kasian ketika melihat siswa terbaik angkatan 10 BEC ini terjatuh, membuat hati bertanya-tanya entah sebuah teguran dari sang Penciptakah atau memang sudah takdir. Heningnya para hadirin mendengarkan acara sambutan-sambutan digelar, namun ada juga beberapa orang dari peserta wisuda yang tidak memperhatikan orang yang memberikan sambutan didepannya. Entah tidak punya rasa malukah mereka atau memang suka sikapnya begitu jika ada orang berbicara didepannya mereka tidak mau menyimak.

Menyanyikan lagu kebangsaan dan mengucapkan janji alumni adalah sebagian dari acara yang dilakukan langsung oleh peserta wisuda. Pembacaan doa membuat hati ini bergetar alangkah nistanya diri kita jika kita tidak mau mengingat dan meminta segala sesuatu pada sang pencipta kita Allah SWT. Penutupan, merupakan rangkaian dari acara penutup dengan meninggalkan segala cerita dari acara formal ini. Setelah itu, barulah merupakan acara yang dinanti-nanti yaitu foto-foto. Foto-foto? Memang iya merupakan bagian segmen yang dinanti-nanti. Sebagai contoh, saya sudah jauh-jauh hari bertanya kesana kemari, siapa yang mempunyai kamera digital akan kupinjam. Namun, hasilnya nihil. Akhirnya, saya nyerah dan berkata pada salah seorang anggota keluarga saya, yaitu kakak saya agar dicarikan kamera digital untuk dibawa pada event acara yang berharga itu. Dan alhamdulillah, kakak saya mendapatkan kamera digital itu dengan meminjam dari salah seorang temannya. Rejeki memang tidak kemana, sehari sebelum wisuda paman saya menawarkan handycam untuk dibawa pada acara wisuda ini. Sayang namun sayang, handycam yang dibawa oleh kakak saya pada acara formal ini tidak dapat digunakan, karena sesuai kesepakatan panitia yang hanya boleh mengambil gambar dan video adalah pihak panitia. Jadi intinya, pada selama berlangsungnya acara wisuda itu kakak saya tidak merekamnya.

Pada acara sesi foto berlangsung berbagai macam fose dan gaya dilakukan oleh semua pihak untuk mengabadikan diri mereka pada sebuah gambar 2 dimensi. Peserta wisuda, orang tua dan anggota keluarga, kerabat dari peserta wisuda, dosen-dosen, tak terkecuali pak Ahmad Kalla sendiri semuanya larut dalam sebuah momen untuk mengisi kenangan berharga ini.

Saya sendiri pun tak luput dari momen ini, berbagai tempat, berbagai pihak saya ajak untuk mengisi kenangan pribadi saya. Teman-teman seperjuangan, orang tua, adik dan kakak tercinta, tak ketinggalan dosen yang saya kagumi saya ajak untuk berfoto bareng. Namun, saya kecewa karena hanya satu dosen yang bisa saya ajak untuk berfoto bareng dengan saya, yaitu dosen pembimbing saya ketika menulis laporan. Entah karena saya tidak sempat atau mereka yang tidak sempat…. Hanya akan menjadi sebuah pertanyaan???

Teriring doa, semoga diberikan kesembuhan, ketabahan kepada saudara dan sahabat kita, Yana Badri Salam yang pada kesempatan itu tidak dapat menghadiri acara yang sangat dinanti oleh siswa BEC pada umumnya karena sebuah musibah kecelakaan dirinya yang kini atau sudah pulang dari rumah sakit.

Sabtu, 23 Februari 2008

OPEN YOUR MIND !!!


“Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab, yaitu orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak, dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir”

Ada 500 orang berlomba lari marathon. Kemudian dua orang pelari marathon bersaing secara ketat, dan kini seratus meter lagi menjelang finish dan keduanya berada dalam posisi sejajar.

Pelari pertama yang bernama Negat melihat pesaingnya yang bernama Posit. Negat berpikir “Waduh sialan, si Posit larinya tambah kenceng aja, mana gue udah kecapean lagi, bias gak y ague ngalahin dia?”.

Di sisi lain si Posit pun berpikir “Gue harus menang, apalagi gue lihat si Negat udah kelelahan, dan gue akan tambah kecepatan lari gue, tinggal 100 meter lagi kok…Bismillah!”.

Menurut anda si Negat atau si Posit yang berpeluang menang?

Ingat, semuanya diawali dari cara berpikir…

Tersenyumlah, awalilah keputusan dan langkah Anda dengan senyuman dan sikap optimis.

Tersenyumlah, insya Allah proyek-proyek dunia dan akhirat, tidak lagi ragu mendatangi Anda.

Guru Kehidupan

Untuk menjaga motivasi Anda agar Anda tetap berada dalam koridor tujuan hidup Anda, maka Anda perlu guru/mentor, bukan sekadar guru yang mengajari Anda membaca Alquran dan Alhadist, tapi carilah guru kehidupan, yang Anda bias mengaksesnya kapanpun Anda sangat membutuhkannya. Kalau perlu bergurulah kepada 2 orang atau lebih, sebab seringkali seorang guru tidak memenuhi semua kebutuhan impian Anda. Yang penting bergurulah segera, sukses dengan otodidak biasanya sangat lambat dan sedikit orang yang bias melakukannya dengan cepat. Ya memang, hanya sedikit manusia yang sukses tanpa guru.

AA Gym, seorang Da’I berpengaruh, ternyata kesuksesannya tidak semat-mata karena mendapatkan hidayah dari Allah, tetapi beliaupun mengalami proses berguru kepada beberapa orang yang beliau anggp mampu membimbingnya.

Itu sebabnya, temukanlah guru kehidupan Anda, dan jadilah murid yang baik. Tapi sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu Anda periksa dan rasakan dari calon guru Anda, yaitu;

Lihat kualitas sholatnya, setidaknya secara kasat mata dan kasat telinga.

Kemudian perhatikan bacaan Alfatihahnya.

Lihat ketepatan waktu sholatnya.

Lihatlah apakah sholatnya ‘tuma’ninah’ (tenang).

Selain itu lihat cara makannya.

Dan jangan lupat lihat keluarganya.

Selanjutnya, rasakanlah keseriusannya.

Guruku sahabatku, dan sahabatku adalah guruku!

BETHE : Aris Ahmad Jaya

Untuk Kita Renungkan !!!

Abu Hurairah RA meriwayatkan

“Takkan terjadi kiamat sehingga ada dua pasukan besar berperang. Pertempuran terjadi diantara keduanya demikian sengitnya, padahal pengakuan masing-masing sama… Dan (tidak akan terjadi kiamat) sebelum dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa bumi, waktu berlalu cepat, huru-hara merajalela dan banyak terjadi kerusuhan yaitu pembunuhan. (HR. Ahmad)