Minggu, 07 September 2008

2 Bulan Lebih...

2 bulan lebih sudah diri ini tak berkarya tak berkreasi dan tak mencurahkan uraian kata-kata yang ada di dalam hati dan pikiran di dunia maya, dalam arti sudah lama tidak posting artikel pada blog kesayangan saya ini. Entah malaskah, tak ada waktukah, tak bergairah lagikah untuk membuat artikel yang sewaktu-waktu jika orang-orang mengunjungi blog ini menyempatkan waktu sejenak membaca artikel yang saya buat dan mencerna isi dari artikel saya ini. Memang dari ketiga alasan yang saya sebutkan di atas yaitu rasa malas, tak ada waktu, dan tak bergairah merupakan penyebab alasan saya tidak memposting artikel lagi.

Harus saya akui 2 bulan lebih sudah saya bekerja di sebuah perusahaan jasa pengiriman (ekspedisi) di salah satu sudut di Ibukota. 2 bulan lebih sudah pula saya merasakan dan menikmati kerja sebagai orang kantoran, kerja duduk di depan komputer yang notabene masyarakat memandang hal seperti itu amatlah menyenangkan dan nyaman karena tidak berlarut dalam kelelahan dan kecapaian, akan tetapi siapa bilang kerja seperti itu begitu menyita pikiran dan otak terutama kemampuan indra penglihatan saya. Mata saya dituntut untuk focus pada sebuah monitor yang membuat indra penglihatan saya ini jika terlalu lama memandangnya akan merasakan lelah, pedih, perih terutama kinerjanya akan berkurang. Karena terus terang saja, ketika saya masih menjadi status sebagai mahasiswa, saya pernah memeriksakah mata saya ini dan hasilnya mata saya sudah min 2. Sungguh hal yang tak diduga dan tak disangka mata saya sudah sepantasnyalah dibantu dengan alat yang bernama kacamata. Namun, saya masih enggan memakainya karena kalau boleh jujur saya belum siap… belum siap tampil beda. Hahay

Rutinitas yang mau tidak mau harus dijalani dan dilakukan. Kadang diri ini sempat merasakan kehidupan ini terasa monoton dan berontaklah diri ini, apalagi ditambah jika kita memandang tentang upah yang diberikan dan jam kerja yang gila sampai waktu yang semestinya dipergunakan untuk istirahat kita pun terpakai oleh kerjaan kita sungguh membuat hati ini sakit. Sakit karena kerjaan yang menumpuk, waktu pulang yang tak menentu merasa tak sebanding dengan materi yang diberikan oleh perusahaan tempat saya bekerja tapi apa mau dikata hanya orang tidak ikhlas yang merasakan demikian, karena rejeki seseorang dan semua orang datangnya dari Allah SWT bukan dari tempat kerja kita, tempat kerja kita atau perusahaan hanyalah perantara bagaimana Allah menurunkan rejeki pada makhlukNya. Ya begitulah hidup, hidup di dunia kerja, karakteristik tiap-tiap perusahaan dan manajemennya pastilah berbeda-beda, apalagi kita berada di negara yang katanya makmur. Entah benar atau tidak?

Suka duka telah dan kan saya rasakan lagi bersama saudara-saudara saya dari Bogor EduCare (Olih, Tejo, Ucup, Mamu dan Junot) di sebuah rumah berbentuk kontrakan yang kita menyebutnya mess. Dinner dan breakfast yang insya Allah selalu bersama, di sebuah nampan yang berisikan nasi yang kita masak dari magic com dan menu yang bervariasi dibeli dari warung makan dari hasil patungan, sungguh nikmat yang tiada tara karena kita makannya bersama. Walaupun terkadang ada orang yang menganggap hal tsb aneh dan macam-macam, tetap kami lakukan karena sudah terbiasa dan kami menyebutkan hal tsb adalah santri style. Karena memang saya akui saya pernah melihat para santri di pesantren jikalau sedang makan dengan cara seperti itu. Insya Allah jika dilakukan secara berjamaah mendapat banyak berkah dan berpahala. Amin

Tinggal seatap, serumah dengan penghuni 6 orang sungguh saya rasakan sebagai sebuah keluarga. Meskipun tidak ada yang namanya ayah, ibu apalagi anak. Jika bukan keluarga, mau dibilang apa? Satu sama lain saling menunggu ketika berangkat kerja dan pulang, satu sama lain saling mengantri ketika ada kepentingan di kamar mandi yang tak mungkin kami lakukan secara bersama. Tidurpun terkadang terkesan bersama padahal sebenarnya kami memakai kasur dan bantal masing-masing. Namanya sebuah keluarga, ada saja yang namanya konflik, hal-hal kecil yang terkadang dibesar-besarkan sempat membuat keluarga ini terkesan tak harmonis. Namun, jalan keluar pastilah ada keharmonisan dan ukhuwah satu dengan yang lainnya jika satu sama lain saling mengerti dan memberi solusi takkan pernah pudar lagi.

2 bulan lebih diri ini tinggal bersama dan bekerja terkadang merasakan kejenuhan dan keBETEan, tapi apa mau dikata dalam hidup hal seperti itu pastilah terjadi. Tergantung pikiran dan perasaan kita sudah sepantasnyakah rasa kejenuhan dan keBETEan kita ungkapkan dan rasakan. Keimanan, ketaqwaan dan keikhlasan yang begitu kuat terdapat pada diri setiap makhluk di bumi rasa kejenuhan itu takkan terjadi, karena Allah tempat kita bergantung, meminta dan mencurahkan perasaan-perasaan yang ada di dalam hati kita.

Tidak ada komentar: